SURAT AL-HUJUROT
بسم الله الرحمن الرحيم
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (1)
- Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Alloh dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Allloh
Y mengajarkan kepada kaum mu’minin adab yang baik dalam bergaul
terhadap Rosululloh r agar memuliakan beliau, menghormati dan
mengagungkannya. Makna ayat: janganlah mendahului Rosululloh r dalam
segala perkara, bahkan kamu harus mengikut kepada Rosululloh r dalam
segala urusan, baik dalam menetapkan keputusan ataupun yang lainnya, dan
takutlah kamu kepada Alloh Y dalam hal yang telah diperintahkan-Nya
kepadamu, sesungguhnya Alloh Y maha mendengar terhadap semua
perkataanmu, dan maha mengetahui atas niatmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2)
2.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian
melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan
suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap
sebagian yang lain, supaya tidak terhapus amalan kalian, sedangkan
kalian tidak menyadari.
Ini
merupakan adab berikutnya yang diajarkan Alloh Y terhadap kaum
mu’minin, agar mereka tidak mengangkat suaranya di hadapan Rosululloh r
melebihi dari suara beliau, begitu pula mereka dilarang untuk
mengeraskan suara ketika berbicara kepada Rosululloh r seperti dia
berbicara dengan musuhnya, bahkan mereka harus berbicara dengan beliau
dengan penuh hormat dan ketenangan. Yang demikian itu dilarang oleh
Alloh Y karena ditakutkan akan meyebabkan beliau marah, maka Allohpun
akan marah karena marahnya beliau, sehingga Alloh Y akan menghapus
amalan orang yang telah membuat Rosululloh r marah sedangakan orang itu
tidak menyadari. Sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang meridhokan Alloh tanpa dia peduli/menyadari dengan kelimat itu sedangkan Alloh Y mengangkat derajatnya dengan sebab kalimat itu, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang yang membuat Alloh Y murka tanpa dia peduli/menyadari dengan kalimat itu sedangkan dia jatuh dalam neraka dengan sebab kalimat itu.” HR. Bukhori
إِنَّ الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ (3)
3.
Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka
Itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk
bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Ini merupakan anjuran dan bimbingan dari Alloh Y untuk merendahkan
suara di hadapan Rosululloh r, dan orang-orang yang merendahkan suaranya
di hadapan Rosululloh r mereka itulah yang diuji hatinya untuk bertaqwa
yaitu Alloh Y menjadikan hatinya berhak menjadi pemilik ketaqwaan, dan
Alloh Y akan memberi ampunan dan pahala yang besar bagi mereka.
إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ (4)
4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
Ini merupakan celaan bagi orang-orang yang memanggil Rosululloh r dari
balik rumahnya sebagaimana yang dilakukan oleh para badwi, Alloh Y
katakan mereka itu tidak mengerti.
وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
5.
dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka
Sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Alloh Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Setelah Alloh Y mencela mereka, Alloh Y membimbing mereka akan adab
yang baik dalam hal memanggil Rosululloh r yaitu dengan mereka
bersabar sampai Rosululloh r keluar menemui mereka, sekiranya mereka
melakukan hal itu maka itu adalah kebaikan bagi mereka di dunia dan
akhirat. Kemudian Alloh Y menganjurkan mereka agar bertaubat karena
Alloh Y maha pengampun lagi maha penyayang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ (6)
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ini
merupakan perintah dari Alloh Y agar meneliti berita yang dibawa oleh
orang yang fasik, agar tidak memutusakan hukum berdasarkan ucapannya
sehingga dia menjadi keliru ataupun pendusta karena berita tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada([32]).
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7)
7.
dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauanmu dalam kebanyakan urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, akan tetapi Alloh menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu
benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah
orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
Ketahuilah
bahwa di tengah-tengah kalian ada Rosululloh r, maka agungkanlah
beliau, dan seganlah dan beradablah terhadapnya dan tunduklah terhadap
perintahnya, sesungguhnya beliau lebih mengerti tentang maslahat kalian
daripada kalian, pandangan beliau untuk kalian itu lebih sempurna dari
pada pandangan kalian terhadap diri kalian sendiri, seandainya beliau
menuruti kalian dalam semua pilihan kalian maka hal itu akan menimbulkan
kesulitan dan kesusahan bagi kalian. Akan tetapi Alloh Y menjadikan
kalian itu cinta kepada keimanan dan menjadikannya indah di hati-hati
kalian, dan menjadikan kalian itu benci terhadap kekufuran, kefasikan
(dosa-dosa besar) dan seluruh kemaksiatan, dan mereka yang tersifati
dengan sifat-sifat ini mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
8. sebagai karunia dan nikmat dari Alloh. dan Alloh Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Pemberian
yang telah dianugerahkan kepada kalian ini merupakan karunia dan nikmat
Alloh Y kepada kalian, dan Alloh Y maha mengetahui terhadap orang yang
berhak mendapatkan petunjuk dan maha bijaksana dalam semua ucapan,
perbuatan, syariat dan taqdirnya.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9)
9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang([33])
hendaklah kalian damaikan antara keduanya. Tapi kalau yang satu
bertindak lalim terhadap yang lain, hendaklah yang bertindak lalim itu
kalian perangi sampai surut kembali pada perintah Alloh. kalau mereka
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah
kalian berlaku adil; Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang
berlaku adil.
Alloh Y memerintahkan agar mendamaikan antara kaum mu’minin yang
bertikai dan berperang, dan jika satu pihak masih bertindak lalim
terhadap pihak yang lain maka perangilah pihak yang lalim itu sampai
mereka kembali kepada perintah Alloh dan Rosul-Nya, tunduk terhadap
kebenaran dan mentaatinya, dan jika pihak itu mau kembali dan tunduk
kepada kebenaran maka damaikanlah antara dua pihak itu dengan cara yang
adil karena sesungguhnya Alloh Y mencintai orang-orang yang berlaku
adil.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10)
10.
orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudara kalian itu dan takutlah
terhadap Alloh, supaya kalian mendapat rahmat.
Sesungguhnya kaum mu’minin itu adalah saudara seagama, sebagaimana Rosululloh r bersabda dalam hadits Ibnu Umar t :
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ
“Seorang muslim adalah saudara seorang muslim, maka tidak boleh mendzoliminya dan tidak pula membiarkannya (bersama orang yang menyakitinya).” HR. Bukhori Muslim.
Maka damaikanlah antara mereka yang saling berperang itu karena mereka
saling bersaudara, dan takutlah kalian kepada Alloh Y dalam segala
urusan kalian supaya kalian mendapat rahmat, ini merupakan pernyataan
dari Alloh Y bagi orang yang bertaqwa bahwa mereka akan mendapat rahmat
Alloh Y.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (11)
11.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kaum laki-laki merendahkan kaum
laki-laki yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula kaum wanita merendahkan kaum wanita lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan Janganlah suka mencela
antara sesama kalian dan jangan memanggil dengan gelar-gelar buruk.
Seburuk-buruk sifat adalah kefasikan sesudah iman. Dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Alloh Y melarang kaum mu’minin lelaki dan wanita untuk meremehkan dan
mengejek orang lain, karena bisa jadi yang diremehkan itu lebih baik
daripada yang meremehkan, dan Alloh Y juga melarang untuk mencela orang
lain dan juga memanggil seorang mu’min dengan gelar([34]),
karena itu merupakan seburuk-buruk panggilan, itulah yang dimaksud
dengan kalimat fasik dalam ayat tadi, yaitu saling memanggil dengan
gelar, dan barangsiapa yang tidak bertobat dari perbuatan ini maka dia
termasuk dari orang yang dzolim.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (12)
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat ini Alloh Y melarang 3 perkara:
Yang
pertama : melarang dari prasangka buruk terhadap seorang mu’min,
sebagaimna Rosululloh r bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَجَسَّسُوا، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا،
“Hati-hatilah
kalian dari persangkaan, sesungguhnya persangkaan itu adalah
sedusta-dustanya berita, dan janganlah mncari-cari keburukan orang lain
dan janganlah mencari-cari informasi (tentang orang lain), dan janganlah
saling membenci, dan menjadilah kalian bersaudara.” HR. Bukhori Muslim.
Yang kedua : mencari-cari keburukan orang lain, sebgaimana dalam hadits Abu Huroiroh t yang telah lalu.
Yang
ketiga : Ghibah, yaitu menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana
Rosululloh r telah mentafsirkannya dalam hadits Abu Huroiroh t :
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْغِيبَةُ؟ قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ «قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ»
“Dikatakan : wahai Rosululloh apakah ghibah itu? Beliau menjawab : “Kamu menyebutkan saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Dikatakan lagi: “Bagaimana menurutmu jika pada saudaraku itu betul-betul ada yang aku katakan?” Beliau menjawab : “Jika
padanya betul-betul ada apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah
menghibahi dia, dan jika tidak ada padanya maka kamu telah membuat
kebohongan atasnya”. HR. Abu Dawud.
Kemudian Alloh Y memisalkan perkara ghibah ini dengan memakan daging
seorang muslim yang sudah mati, yaitu sebagaimana tabiat kalian tidak
suka untuk memakan daging seorang muslim yang sudah mati maka
demikianlah hendaknya kalian tidak suka untuk menghibah seorang muslim,
karena akibat dan hukuman ghibah itu lebih menyakitkan dari pada hukuman
memakan daging seorang muslim yang sudah mati, karena kehormatan
seorang muslim itu haram untuk dirusak, sebagaimana Rosululloh r
bersabda dalam hadits Abu Huroiroh r :
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ
“Setiap muslim atas muslim yang lain haram, yaitu darahnya, hartanya dan kehormatannya”. HR Muslim
Dan takutlah kalian kepada Alloh Y atas semua perintah dan larangannya,
sesungguhnya Alloh Y maha penerima taubat orang yang bertobat
kepada-Nya([35]) dan maha penyayang bagi orang yang mau kembali kepada-Nya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam
ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa manusia itu diciptakan dari satu
jiwa, kemudian menciptakan pasangannya dari jiwa tersebut, yaitu Adam
dan Hawa, kemudian menjadikan manusia itu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar mereka saling mengenal. Karena itu janganlah berbuat
ghibah karena sesungguhnya manusia itu diciptakan dari satu jiwa yang
memiliki kedudukan yang sama karena semua asalnya dari tanah. Yang
membedakan antara mereka hanyalah ketaqwaan, karena itu Alloh Y
mengatakan: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh Y ialah orang yang paling taqwa di antara kalian”
yaitu kemuliaan di sisi Aloh Y hanyalah diukur dengan ketaqwaan
seseorang, bukan karena bagus dan mulianya keturunan. Rosululoh r
bersabda dalam hadits Abu Huroiroh t :
إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Alloh Y tidak melihat kepada bentuk dan harta kalian, akan tetapi melihat kepada hati dan amalan kalian”. HR. Muslim.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (14)
14.
orang-orang Arab Badwi itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah:
“Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘kami telah islam, karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Alloh dan
Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu;
Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dalam
ayat ini Alloh Y mengingkari orang-orang badwi yang baru masuk islam
kemudian mengaku-ngaku bahwa dirinya telah mencapai derajat iman padahal
keimanan mereka belumlah kokoh dalam hati mereka. Maka ayat ini
menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus dan lebih tinggi derajatnya dari
pada islam, maknanya setiap orang yang beriman (mu’min) pasti dia itu
muslim, tapi tidak setiap muslim dia itu mu’min dengan iman yang
sempurna. Dan ini merupakan keyakinan ahlu sunnah, menunjukkan atas hal
itu hadits Jibril ketika menanya Rosululloh r tentang islam kemudian
tentang iman kemudian tentang ihsan, maka hal itu menunjukkan bahwa Iman
itu lebih khusus daripada islam, dan ihsan itu lebih khusus daripada
iman. Dan Hadits Sa’d bin Abi Waqqosh t :
قَسَمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْمًا، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَعْطِ فُلَانًا فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَوْ مُسْلِمٌ» أَقُولُهَا ثَلَاثًا، وَيُرَدِّدُهَا عَلَيَّ ثَلَاثًا «أَوْ مُسْلِمٌ»
“Rosululloh r membagikan suatu bagian, maka aku berkata : “Wahai Rosululloh berilah si fulan sesungguhnya dia itu mu’min,” Maka Rosululloh r menjawab: “Ataukah muslim?”, aku mengulangi ucapanku itu sebanyak tiga kali dan Rosululloh r mengulanginya untukku: “Ataukah muslim?” sebanyak tiga kali. HR Bukhori Muslim.
Maka hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwa iman itu lebih khusus
daripada islam, karena Rosululloh r membedakan antara iman dengan islam.
Dan orang-orang badwi yang disebutkan dalam ayat tadi mereka adalah
termasuk dari kaum muslimin bukan dari kaum munafiqin, hanya saja Alloh Y
memberikan adab kepada mereka agar tidak mengaku-ngaku memiliki iman
yang hakiki sementara mereka belum sampai derajat itu, dan ini adalah
makna ucapan Ibnu Abbas, Ibrohim An-Nakho’i dan Qotadah, dan pendapat
ini dipilih oleh Ibnu Jarir.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ (15)
15.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Alloh. mereka Itulah orang-orang yang benar.
Yaitu
orang yang beriman dengan iman yang sempurna mereka adalah orang-orang
yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan mereka tidak ragu dengan hal
itu bahkan mereka kokoh dalam satu keadaan yaitu benar-benar percaya
dan membenarkan, dan mereka adalah orang-orang yang mencurahkan harta
dan jiwa mereka di jalan Alloh Y, maka mereka itulah orang-orang yang
jujur dan benar dalam ucapan mereka jika mereka berkata bahwa “Kami
adalah orang beriman,” bukan seperti orang-orang badwi tadi.
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (16)
16. Katakanlah: “Apakah kalian akan memberitahukan kepada Alloh tentang agama kalian, padahal Alloh mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Alloh Maha mengetahui segala sesuatu?”
Yaitu : apakah kalian memberitahukan kepada Alloh Y akan apa yang
tersembunyi dalam hati kalian? Sedangkan Alloh Y tidak ada yang samar
baginya sedikitpun yang ada di bumi dan di langit dari benda kecil
ataupun yang besar karena Alloh Y maha mengetahui segala sesuatu.
يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (17)
17. mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kalian merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislaman kalian, sebenarnya Alloh, Dialah yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjuki kalian kepada keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar.”
Yaitu orang-orang badwi merasa telah memberi nikmat kepada Rosululloh r
dengan keislaman dan pertolongan mereka terhadap Rosululloh r, maka
Alloh Y membantah mereka bahwa mereka jangalah merasa telah memberi
nikmat kepada Rosululloh r dengan keislaman mereka, bahkan Allohlah yang
telah memberi nikmat kepada mereka dengan menunjuki mereka kepada
keimanan.
إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)
18. Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Alloh Maha melihat apa yang kalian kerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar