. Pengertian Al-Quran
Al-Quran adalah firman / kalam Allah yang merupakan mukjizat, diturunkan
berupa wahyu kepada Rasulullah Muhammad saw. dikumpulkan pada satu
mushaf mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Naas dan dinukil
kepada kita secara mutawatir, membaca dan mempelajarinya nya merupakan
ibadah yang mendapat pahala.
Nama atau sebutan lain bagi Al-Quran :
1. Al-Kitab buku yang tertulis- disebutkan dalam QS Ad-Dukhan, ayat 2 : Demi Kitab (Al- Quran) yang menjelaskan.
2. Adz-Dzikra peringatan- disebutkan dalam QS Al-Hijr, ayat 9 :
Sesungguhnya kamilah yang menurunkan adz-Dzikra (Al-Quran) dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.
3. Al-Qaul ucapan- disebutkan dalam QS Al-Qashash ayat 51 : Dan
sesungguhnya telah kami turunkan berturut-turut perkataan ini (Al-Quran)
kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran.
4. Al-Kalam -firman- disebutkan dalam QS At-Taubah ayat 6 : Dan jika
diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar Kalam Allah (Al-Quran),
kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengerti.
5. At-Tanzil yang diturunkan- disebutkan dalam QS Asy-Syuara ayat 192 :
Dan sesungguhnya (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh tuhan
semesta alam.
6. Al-Furqan pembeda- disebutkan dalam QS Al-Furqan ayat 1 : Maha suci
Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar
dia memberi peringatan kepada seluruh alam.
7. Ar-Ruh jiwa- disebutkan dalam QS Asy-Syura ayat 42 : Dan demikianlah
Kami wahyukan kepadamu Ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami.
8. Al-Balagh penyampaian- disebutkan dalam QS Ibrahim ayat 52 :
(Al-Quran) ini adalah penyampaian yang cukup kepada manusia supaya
mereka diberi peringatan dengan dia.
9. Al-Basahair pedoman- disebutkan dalam QS Al-Jatsiyah ayat 20 :
(Al-Quran) ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.
10. Al-Bayan penerangan- disebutkan dalam QS Ali Imron ayat 138 :
(Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.
11. An-Nur cahaya- disebutkan dalam QS An-Nisa ayat 174 : Hai manusia
sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya (Al-Quran) yang terang benderang.
12. Al-Huda petunjuk- disebutkan dalam QS At-Taubah ayat 33 : Dia lah
yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan
agama yang benar.
Sebutan lain untuk Al-Quran yang berupa sifat :
1. Nur (cahaya) QS An Nisa : 174.
2. Huda (petunjuk), syifa (obat), Rahmat dan Mauizah (nasehat) QS Yunus : 57.
3. Mubin (yang menerangkan) QS Al-Maidah : 15.
4. Mubarak (yang diberkati) QS Al-Anam : 92.
5. Busyra (khabar gembira) QS Al-Baqoroh : 97.
6. Azis (mulia) QS Fussilat : 41.
7. Majid (yang dihormati) QS Al-Buruj : 21.
8. Basyir (pembawa khabar gembira) dan nadzir (pembawa peringatan) QS Fussilat : 3-4.
Perbedaan Al-Quran dengan Hadis Qudsi :
1. Al-Quran adalah mukjizat dan mengandung tantangan kepada seluruh
manusia dan Jin yang mereka semua tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan Al-Quran walau satu ayat pun. Sedangkan hadis qudsi bukan
merupakan mukjizat dan tidak mengandung tantangan.
2. Seluruh isi Al-Quran dinukil secara mutawatir dan qothi, sedangkan
hadis qudsi kebanyakan adalah khabar ahad yang sebatas dzan (dugaan).
3. Al-Quran semuanya berasal dari Allah baik makna maupun redaksi
lafalnya, sedangkan hadis qudsi maknanya saja dari Allah, sedangkan
redaksi lafalnya dari Rasulullah atau dari periwayat hadis.
4. Perlakuan terhadap Al-Quran yaitu : dilarang menyentuhnya bagi yang
berhadas kecil, dilarang membacanya bagi yang ber hadas besar, tidak
berlaku bagi hadis qudsi.
5. Membaca Al-Quran setiap hurufnya mendatangkan pahala, sedang membaca hadis qudsi tidak.
Kandungan Al-Quran
1. Doktrin Itikad dan akidah.
2. Hukum-hukum ibadah, muamalah, munakahat, Uqubat (sanksi)
3. Hukum halal-haram.
4. Janji (khabar gembira) dan ancaman (peringatan).
5. Science Ilmiah.
6. Kisah kisah.
Pem-Wahyu-an Al-Quran
Wahyu adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada salah seorang
Nabi/Rasul-Nya, mengenai hukum syariat dan sejenisnya, yang bila
tersusun dalam lembaran (luh/mushaf) disebut sebagai kitab suci.
Cara turunnya wahyu kepada Rasulullah :
1. Melalui mimpi yang benar (ruyah shadiqah)
2. Dihembuskan oleh Malaikat Jibril kedalam hati Rasulullah.
3. Malaikat Jibril menjelma sebagai seorang laki-laki yang menyampaikan wahyu kepada Rasulullah dengan kata-kata.
4. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu dalam bentuknya yang asli (mempunyai 600 sayap).
5. Malaikat Jibril menyampaikan wahyu dalam bentuk seperti
gemerincingnya lonceng. Ini cara penerimaan wahyu yang paling berat,
sampai-sampai Rasulullah berpeluh-keringat ketika menerima wahyu berupa
gemerincingnya lonceng ini.
6. Allah berbicara secara langsung dari balik tabir (saat Isra Miraj).
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah : Dan tiada seorang manusiaa
pun Allah akan berbicara kepadanya, kecuali dengan perantaraan wahyu
atau dari balik tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Dia
sungguh Maha Tinggi dan Maha Bijaksana (QS Asy-Syura [42] : 51)
Semua ucapan Rasulullah adalah kebenaran, jaminan ini didasarkan pada firman Allah :
Apa yang diucapkannya itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS An-Najm [53] : 4).
Katakanlah : Tidaklah patut bagiku untuk menggantikannya dari pihak
diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku (QS
Yunus [10] : 15).
II. Turunnya Al-Quran
Allah berfirman dalam Al-Quran :
Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda antara yang haq dengan yang batil (QS Al-Baqarah [2] : 185).
Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam lailatul qodar (QS Al-Qadr [97] : 1).
Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Quran) pada suatu malam yang diberkahi (QS Ad-Dukhan [44] : 3)
Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi
adalah malam lailatul qadr dalam bulan Ramadhan. Tetapi zahir ayat-ayat
ini bertentangan dengan kenyataan bahwa ayat-ayat Al-Quran turun kepada
Rasulullah tidak selalu dalam waktu malam dan pada malam lailatul qadr
dan tidak selalu pada bulan Ramadhan.
Ada 3 (tiga) pendapat tentang cara turunnya Al-Quran :
Pertama : Pendapat Ibnu Abbas yang menyatakan Al-Quran diturunkan secara
langsung dari Lauhful Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia) secara
sekaligus pada malam lailatul qadr di bulan Ramadhan, kemudian sesudah
itu Al-Quran diturunkan dari Baitul Izzah kepada Rasulullah secara
bertahap selama kurang lebih 23 tahun.
Kedua : Pendapat Asy-Syabi, seorang tabiin besar, guru Imam Abu Hanifah.
Yang dimaksud Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadr yang
diberkahi pada bulan Ramadhan adalah permulaannya saja, kemudian
turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan
kejadian dan peristiwa-peristiwa selama kurang lebih 23 tahun
Ketiga : Pendapat sebagian mufasirin, Al-Quran diturunkan ke langit
dunia selama 23 malam lailatul qadr pada masing-masing tahun. Jadi pada
satu malam lailatul qadr diturunkan Al-Quran untuk masa genap satu
tahun, demikian seterusnya tiap tahun sampai kurang lebih 23 tahun.
Pendapat pertama dan kedua dapat dikompromikan dan pendapat inilah yang dianut oleh jumhur ulama.
Hikmah turunnya Al-Quran secara bertahap :
1. Menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah.
2. Mukjizat dan tantangan
3. Mempermudah hafalan dan pemahaman.
4. Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan penerapan hukum.
5. Membuktikan Al-Quran datang dari sisi Allah. Selama rentang waktu
turunnya Al-Quran yang begitu panjang tetap ditemui keserasian dan
keterkaitan antar ayat-ayatnya dan tidak ditemukan pertentangan
sedikitpun didalamnya.
Ayat yang pertama kali diturunkan :
1. Ayat yang pertama kali diturunkan di Makkah adalah surat Al-Alaq [96]
dan yang pertama kali diturunkan di Madinah adalah surat Al-Baqarah
[2].
2. Ayat yang pertama kali diturunkan mengenai peperangan adalah surat Al-Haj [22] ayat 39.
3. Ayat yang pertama kali diturunkan mengenai khamr adalah surat Al-Baqarah [2] ayat 219.
4. Ayat yang pertama kali diturunkan mengenai sajdah (sujud tilawah) adalah surat An-Najm [53].
5. Ayat yang pertama kali diturunkan mengenai mengatur makanan di Makkah adalah surat Al-Anam [6] ayat 145.
6. Ayat yang pertama kali diturunkan mengenai mengatur makanan di Madinah adalah surat Al-Baqarah [2] ayat 173.
Ayat yang terakhir kali diturunkan :
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai ayat mana yang terkahir diturunkan, diantaranya :
1. An-Nisa [4] ayat 176 tentang kalalah, berdasarkan atsar dari Barra Bin Azib yang diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim.
2. Al-Baqarah [2] ayat 278 tentang riba, berdasarkan atsar dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhary.
3. Al-Baqarah [2] ayat 281, berdasarkan atsar dari Ibnu Abbas dan Said Bin Jubair yang diriwayatkan oleh An-Nasai dan lain-lain.
4. Al-Baqarah [2] ayat 282 tentang menuliskan hutang, berdasarkan atsar dari Said Bin Al Musayyab.
5. At-Taubah [9] ayat 128, berdasarkan atsar dari Ubay Bin Kaab dalam kitab Al-Mustadrak
6. Ali Imran [3] ayat 195, berdasarkan atsar dari Ummu Salamah yang diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih.
7. An-Nisa [4] ayat 93 tentang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
berdasarkan atsar dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhary dan
yang lain.
Pendapat yang paling kuat dan banyak diikuti jumhur ulama adalah empat pendapat yang pertama.
III. Sejarah Pembukuan Al-Quran
A. Masa Rasulullah
Pada masa Rasulullah ayat Al-Quran yang turun dihafal oleh beliau
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya (QS Al-Qiyamah [75] : 17-18). Oleh karena
itu beliau merupakan hafidz (penghafal) Al-Quran yang pertama dan maha
guru pemberi contoh panutan paling baik bagi para sahabat dalam
menghafalnya. Dalam sahih Bukhary dalam tiga riwayat disebutkan ada
tujuh hafidz dari kalangan sahabat yang hafal Al-Quran, yaitu :
1. Abdullah bin Masud
2. Salim Bin Maqal maula Abu Huzaifah.
3. Muaz Bin Jabal.
4. Ubay Bin Kaab.
5. Zaid Bin Tsabit.
6. Abu Zaid Bin Sakan.
7. Abu Darda.
Ke-tujuh penghafal Al-Quran diatas adalah para sahabat yang hafal
Al-Quran diluar kepala yang menunjukkan hafalannya dihadapan Nabi dan
sanadnya sampai kepada kita melalui riwayat Bukhary. Sedangkan
kenyataannya setelah Rasulullah wafat, jumlah penghafal (hafidz)
Al-Quran dikalangan sahabat terus bertambah. Untuk melukiskan hal itu
dapat diketahui dari keterangan Al-Qurtubi : Telah terbunuh tujuh puluh
orang qari pada perang Yamamah; dan terbunuh pula pada masa Nabi
sejumlah itu dalam peristiwa pembunuhan di sumur Maaunah.
Rasulullah telah mengangkat beberapa penulis Al-Quran dari
sahabat-sahabat terkemuka, seperti : Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah Bin
Abi Sufyan, Ubay Bin Kaab dan Zaid Bin Tsabit. Bila ayat Al-Quran turun
beliau memerintahkan mereka menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat
tersebut didalam surat, sehingga penulisan pada lembaran itu membantu
penghafalan didalam hati (diluar kepala). Disamping itu sebagian sahabat
menuliskan ayat Al-Quran yang turun itu dengan kemauan sendiri tanpa
diperintah oleh Nabi. Mereka menuliskan ayat Al-Quran pada pelepah
kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit binatang atau kulit kayu,
pelana, potongan tulang belulang binatang. Dalam Al Mustadrak, Hakim
meriwayatkan bahwa Zaid Bin Tsabit berkata : kami menuliskan ayat-ayat
Al-Quran pada kulit binatang (sanad sahih menurut syarat Bukhary dan
Muslim).
Pada masa Rasulullah Al-Quran belum dikumpulkan dalam satu mushaf,
karena pada masa kenabian wahyu masih turun dan Rasulullah masih selalu
menanti turunnya ayat Al-Quran, disamping itu terkadang pula terdapat
ayat yang nasikh (dihapus). Susunan atau tertib penulisan Al-Quran itu
tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat turun dituliskan
ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi, yaitu beliau menjelaskan
bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu. Al-Khattabi berkata :
Rasulullah tidak mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf karena beliau
senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau
bacaannya.
B. Masa Khalifah Abu Bakar Shidiq ra.
Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah. Saat itu
hampir seluruh kabilah-kabilah Arab kembali murtad dan sebagian
membangkang menolak membayar zakat, karena mereka mengira kekuatan Islam
sudah pudar setelah meninggalnya Rasulullah. Untuk mengatasi kemurtadan
dan pembangkangan khabilah-khabilah Arab itu Khalifah Abu Bakar
mengirimkan pasukan untuk menundukkan mereka dan menyeru kembali kepada
Islam yang dikenal sebagai perang ridah.
Disamping itu di daerah Yamamah Arab Selatan- muncul Musailamah
Al-Khazab sang pendusta- yang mengaku sebagai nabi. Khalifah Abu Bakar
memeranginya yang dikenal sebagai perang Yamamah. Pada berbagai
peperangan-peperangan tersebut banyak qari dan pengahafal Al-Quran dari
kalangan sahabat nabi yang gugur. Umar Bin Khattab yang merupakan
penasehat utama Khalifah Abu Bakar merasa khawatir Al-Quran akan punah
bersama banyaknya qari yang gugur tersebut. Umar Bin Khattab mengusulkan
agar Al-Quran dikumpulkan dalam satu mushaf.
Mula-mula Khalifah Abu Bakar menolak usulan itu dengan alasan hal itu
tidak dilakukan oleh Rasulullah dan hal itu tidak diperintahkan oleh
Rasulullah. Tetapi Umar terus membujuk Khalifah Abu Bakar tentang
perlunya pembukuan Al-Quran dalam satu mushaf, sehingga Allah membukakan
hati Abu Bakar untuk menerima usulan umar tersebut. Khalifah Abu Bakar
kemudian memanggil Zaid Bin Tsabit dan memerintahkannya untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Zaid Bin Tsabit berkata : Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu
yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah ? Abu Bakar menjawab : Demi
Allah, itu baik, Abu Bakar terus membujukku sehingga Allah membukakan
hatiku.
Maka Zaid Bin Tsabit mulai bekerja mengumpulkan tulisan manuskrip
Al-Quran dengan sangat teliti dan hati-hati. Zaid Bin Tsabit meneliti
hafalan pemilik catatan Al-Quran dan mensyaratkan harus ada 2 orang
saksi yang menyaksikan bahwa tulisan manuskrip Al-Quran itu ditulis
dihadapan Rasulullah, padahal Zaid Bin Tsabit sendiri sudah hafal
seluruh Al-Quran diluar kepala. Dengan kerja keras, teliti dan hati-hati
akhirnya seluruh Al-Quran berhasil dikumpulkan dalam satu mushaf dengan
tujuh huruf.
Setelah Abu Bakar wafat, Mushaf tersebut disimpan oleh Khalifah
penggantinya yaitu Umar Bin Khattab. Setelah Khalifah Umar meninggal,
Mushaf tersebut disimpan oleh Hafsah Binti Umar.
C. Masa Khalifah Usman Bin Affan ra.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar kaum muslimin telah
melakukan penaklukan ke negeri-negeri diluar jazirah Arab seperti, Syam,
Iraq, Persia dan Mesir. Pada masa Khalifah Usman penaklukan masih terus
berlangsung.
Ketika terjadi perang penaklukan Armenia dan Azerbaijan, diantara
mujahidin yang ikut menyerbu itu adalah sahabat nabi Huzaifah Bin
Al-Yaman. Beliau melihat banyak perbedaan diantara pasukan kaum muslimin
dalam cara-cara membaca Al-Quran. Sebagian bacaan itu bercampur dengan
kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan bersikukuh berpegang
pada bacaannya masing-masing dan bahkan sempat saling berselisih dan
saling mengkafirkan.
Riwayat dari Anas, Huzaifah berkata kepada Usman : Selamatkanlah umat
ini sebelum mereka terlibat dalam perselisihan (masalah kitab suci)
sebagaimana perselisihan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Atsar dari Abu Qalabah berkata : Pada masa kekhalifahan Usman telah
terjadi seorang guru qiraat mengajarkan qiraat kepada seseorang dan guru
yang lain juga mengajarkan qiraat yang berbeda kepada anak yang lain.
Dua kelompok anak-anak yang belajar qiraat ini pada suatu ketika bertemu
dan berselisih dan hal itu menjalar juga sampai kepada guru-guru
mereka. Hal itu akhirnya sampai terdengar kepada Khalifah Usman, maka ia
berpidato : Kalian yang ada dihadapanku teah berselisih paham dan salah
dalam membaca Al-Quran. Penduduk yang jauh dari kami tentu lebih besar
lagi perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai sahabat-sahabat
Muhammad, tulislah untuk semua orang satu imam (mushaf pedoman) saja !.
Khalifah Usman kemudian meminjam mushaf yang ada pada Hafsah binti Umar
dan memerintahkan Zaid bin Tsabit, Abdullah Bin Zubair, Said Bin Ash dan
Abdurrahman Bin Haris untuk menyalinnya. Usman berkata kepada ketiga
orang Quraisy itu : Bila kalian berselisih pendapat dengan Zaid Bin
Tsabit tentang sesuatu dari Al-Quran, maka tulislah dengan logat
Quraisy, karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Quraisy. Merekapun
bekerja menyalin Mushaf Abu Bakar menjadi beberapa mushaf. Setelah
mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa mushaf, Khalifah Usman
mengembalikan mushaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya Khalifah Usman
mengirimkan kesetiap wilayah, masing-masing satu mushaf dan
memerintahkan agar semua manuskrip Al-Quran yang lainnya dibakar.
Ketika penyalinan mushaf telah selesai, Khalifah Usman menulis surat
kepada semua penduduk daerah yang isinya : Aku telah melakukan yang
demikian dan demikian. Aku telah menghapus apa yang ada padaku, maka
hapuskanlah apa yang ada padamu.
Uraian diatas menunjukkan bahwa penyalinan mushaf pada masa Khalifah
Usman ditulis dengan satu huruf yaitu sesuai dengan dialek Quraisy dan
meninggalkan enam huruf yang lainnya, hal itu untuk keseragaman dan
menghindari perselisihan. Mushaf Usmani inilah yang kemudian dinukil
turun temurun secara mutawatir sampai kepada kita sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar