JUZ 26
بسم الله الرحمن الرحي
Kata Pengantar
الحمد لله رب العالمين وصلي الله وسلم على نبينا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين أما بعد
Sesungguhnya Al-Qur’an merupakan nikmat Alloh Y yang besar bagi para
hamba, padanya terdapat kebahagian dunia dan akhirat, dan bagi yang
membacanya akan diberi pahala yang besar pula, sebagaimana dalam hadits
Ibnu Mas’ud t:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُولُ الْم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Alloh Y
maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu digandakan sepuluh
kali lipat, akau tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, akan
tetapi alif itu satu huruf dan lam satu huruf dan mim satu huruf”. HR. Tirmidzi
Dan Alloh Y memerintahkan untuk mentadabburi Al-Qur’an dan memahaminya sebagaimana Alloh Y berfirman :
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Dan untuk memahami Al-Qur’an butuh penjelasan dari ulama’ yang mana
mereka telah mengambil penjelasan tersebut dari para salaf yang menimba
ilmu dari Rosululloh r, sehingga kita dapat memahami Al-Qur’an dengan
pemahaman yang benar yang tidak didasari oleh akal belaka. Lebih-lebih
dari kalangan manusia yang bukan dari keturunan arab, jangankan makna
ayat, artinya sajapun kebanyakan dari mereka tidak mengetahuinya, maka
bagaimana akan memahaminya. Maka kami menghadiahkan tulisan ini kepada
para pembaca, sebagai keterangan ringkas untuk memudahkan para pemula
dalam memahami terjemah dari ayat Al-Qur’an, karena sekedar membaca
terjemah terkadang tidak dapat memahami maksud yang sebenarnya.
SEBAB PENULISAN
Sebab yang mendorong penulis untuk menyusun tulisan ini adalah
permintaan salah seorang teman di Makassar, beliau meminta kami agar
dituliskan keterangan ringkas juz 26-27 untuk memudahkan menghafal,
karena jika seseorang faham akan maksud ayat, maka hal itu akan
membantunya dan memudahkannya menghafal ayat tersebut. Maka kami pun
berusaha untuk meluangkan waktu agar bisa memenuhi permintaan tersebut,
karena kami lihat hal ini memiliki manfaat yang besar bagi para pemula
yang tidak mampu memahami bahasa arab. Dan Alhamdulillah telah kami
selesaikan untuk juz 26, selanjutnya untuk juz 27 akan menyusul dan
mudah-mudahan kami bisa menyelesaikannya sampai juz 30, adapun
selanjutnya maka kami hanya bisa berharap, mudah-mudahan ada yang
menyelesaikan semuanya.
PENYUSUNAN TULISAN
Adapun cara yang kami lakukan dalam penyusunan tulisan ini, maka kami
awali dengan menyebutkan ayat, kemudian kami sebutkan terjemahnya, dan
kami ambil terjemah tersebut dari terjemahan Indonesia yang terdapat
dalam maktabah syamilah, kemudian kami cocokkan dengan penjelasan Ibnu
Katsir dalam tafsirnya, jika kami lihat ada kalimat yang kurang sesuai
dengan penjelasan Ibnu Katsir maka kami perbaiki kalimat tersebut dan
kami sesuaikan dengan tafsirnya, kemudian kami sebutkan di bawahnya
keterangan untuk memahamkan terjemahan dan ayat tersebut. Dan cara kami
dalam memberi keterangan, kami berpedoman dengan tafsir Ibnu Katsir, dan
kami simpulkan keterangan beliau. Dan kami berusaha untuk menyusun
kesimpulan tersebut dengan bahasa yang mudah dan ringkas, akan tetapi
terkadang keterangan kami lebih panjang dari penjelasan beliau, hal itu
terjadi karena keadaan menuntut, demi memahamkan maksud. Adapun
hadits-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Katsir maka banyak sekali yang
kami tinggalkan, dan kami hanya mengambil satu atau dua hadits sesuai
kebutuhan. Maka tentu saja tulisan ini memiliki banyak kekurangan,
karena itu kami tidak menyarankan untuk berpedoman dengan tulisan ini
bagi yang bisa memahami bahasa arab, karena lebih utama baginya untuk
langsung membaca tafsir Ibnu Katsir. Dan perlu digarisbawahi bahwa
tujuan utama kami bukan menjelaskan semua masalah yang berkaitan dengan
ayat tersebut, akan tetapi tujuan kami hanyalah memberi keterangan untuk
memahamkan terjemah dari ayat tersebut.
Kemudian kami tambahkan dalam catatan kaki masalah-masalah yang penting
yang berkaitan dengan keyakinan ahlu sunnah yang ditunjukkan oleh ayat
tersebut dalam bentuk yang ringkas pula, demi memudahkan para pemula.
Dan kami jelaskan pula keadaan hadits yang kami sebutkan dalam
keterangan itu dan kami sebutkan jalannya, walaupun sebenarnya bisa
menyulitkan pembaca yang belum mengenal ilmu hadits, maka cukup baginya
kesimpulannya apakah hadits tersebut sohih ataukan dhoif (lemah). Dan
kami sebutkan jalannya berikut cacatnya karena bisa jadi ada yang
mengetahui ilmu hadits dan kemudian menuntut bukti akan sohih atau
lemahnya hadits tersebut, maka apa yang telah tercantum cukup menjadi
jawaban atas tuntutan tersebut. Adapun hukum yang kami tetapkan untuk
hadits tersebut, sohih ataupun dhoif, itu semua hanya sebatas ijtihad
dan kemampuan kami, tidak menutup kemungkinan kami salah dan keliru.
Maka jika kami benar maka itu adalah karunia dari Alloh Y, dan jika kami
keliru maka itu adalah sebab dari kekurangan ilmu yang kami miliki, dan
kami sangat berterimakasih jika ada yang meluruskan kekeliruan itu.
Kami berharap mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi ummat, dan
menjadi harta simpanan kami di akherat kelak untuk dapat meraih surga
yang dijanjikan Alloh Y bagi hambaNya yang bertaqwa.
SURAT AL-AHQOF
بسم الله الرحمن الرحيم
حم (1) تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (2)
1. Haa Miim
2. Kitab ini diturunkan dari Alloh yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam
ayat ini Alloh Y mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari
sisi-Nya, diturunkan pada Rosul-Nya Muhammad صلى الله عليه وسلم([1]).
مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ (3)
3.
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan.
dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka.
Alloh
menjelaskan bahwa Alloh menciptakan langit dan bumi dan yang ada
antara keduanya bukan untuk perkara yang sia-sia. Sedangkan orang-orang
kafir mereka terus berpaling dari apa yang telah diturunkan Alloh
kepada para Rosul-Nya.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَاوَاتِ ائْتُونِي بِكِتَابٍ مِنْ قَبْلِ هَذَا أَوْ أَثَارَةٍ مِنْ عِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (4)
4.
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain
Alloh; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi
ini atau adakah mereka berserikat (dengan Alloh) dalam (penciptaan)
langit? bawalah kepada-Ku kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau
peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kalian adalah
orang-orang yang benar”
Yaitu
kaum musyrikin mereka mempersekutukan Alloh , maka Alloh menuntut
mereka untuk menunjukkan tempat yang telah diciptakan oleh sekutu-sekutu
mereka dari bumi ini sehingga mereka berhak disembah dari selain Alloh
, ataukah sekutu-sekutu mereka itu berserikat dengan Alloh dalam
penciptaan langit dan bumi ini, tentunya ini mustahil, karena mereka
tidak memiliki hak sedikitpun walaupun hanya sekulit biji kurma. Karena
itu Alloh menantang mereka untuk mendatangkan kitab-kitab Alloh yang
telah diturunkan kepada para nabi sebelumnya yang memerintahkan untuk
menyembah berhala-berhala itu, atau bukti yang nyata yang membenarkan
jalan yang mereka tempuh itu. Tentu mereka tidak mampu mendatangkan itu
semua.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5)
5.
dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru
sembahan-sembahan selain Alloh yang tiada dapat mengabulkan (doa) nya
sampai hari kiamat dan mereka lalai dari doa mereka.
Yaitu tidak ada orang yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
selain Alloh , sedangkan berhala-berhala itu lalai dari doa mereka,
tidak bisa mendengar, tidak pula melihat, tidak mampu mendatangkan
manfaat untuk dirinya tidak pula menolak mudarat dari dirinya, maka
bagaimana mungkin bisa mengabulkan doa mereka?
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)
6.
dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya
sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari peribadatan
mereka.
Yaitu
para makhluk yang mereka sembah dulu di dunia akan menjadi musuh dan
mengingkari peribadatan mereka di hari kiamat kelak, sebagaimana Alloh
kisahkan dalam surat Maryam ayat 81-82 dan surat Al-Ankabut ayat 52.
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (7)
7.
dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas,
berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu
datang kepada mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”.
Demikianlah keadaan kaum musyrikin, mereka kufur dan ingkar terhadap
ayat-ayat Alloh yang telah jelas bagi mereka, sedangkan mereka tidak
memiliki hujjah dan bukti nyata melainkan hanya ucapan ” ini adalah
sihir”.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ إِنِ افْتَرَيْتُهُ فَلَا تَمْلِكُونَ لِي مِنَ اللَّهِ شَيْئًا هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ كَفَى بِهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (8)
8.
bahkan mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al
Quran)”. Katakanlah: “Jika aku mengada-adakannya, Maka kalian tiada
mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Alloh itu. Dia
lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu.
Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Yaitu : jika aku berdusta atas-Nya dan aku mengaku-ngaku bahwa Alloh
telah mengutusku sedangkan Alloh tidak mengutusku tentu Alloh Y akan
mengadzabku dengan adzab yang sangat pedih, dan tidak seorangpun mampu
melindungiku dari adzab-Nya, sebagaimana Alloh Y berfirman dalam surat
Al-Haqqoh ayat 44-47 :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيلِ (44) لَأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ (45) ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ (46) فَمَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ (47)
44. seandainya Dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
45. niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya (diadzab)
46. kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya.
47. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kalian yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu.
Kemudian Alloh menyebutkan dua nama-Nya yang agung yaitu Al-Ghofur
yang mengandung sifat ampunan dan Ar-Rohim yang mengandung sifat rohmah
dan kasih sayang, maka dalam ayat ini Alloh menganjurkan pada mereka
agar segera bertaubat dan kembali kepada Alloh .
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُبِينٌ (9)
9.
Katakanlah: “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan
aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula)
terhadap kalian. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan
kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang
jelas”.
Yaitu: aku bukanlah awal Rosul dan bukan pembawa sesuatu yang tidak ada
contoh sebelumnya sehingga kalian mengingkari dan menganggap jauh akan
pengutusanku ini, sesungguhnya Alloh telah mengutus para Nabi dari
sebelumku.
Dan Firman Alloh “Dan aku (Rosululloh r) tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadap kalian”.
Di sini ada dua pendapat, ada yang mengatakan bahwa ayat ini sudah
dihapus dengan surat Al-Fath ayat 2 yang menjelaskan bahwa Alloh telah
mengampuni dosa Rosululloh r yang telah lalu dan yang akan datang, dan
beliau dijanjikan surga. Pendapat kedua : yaitu aku tidak mengetahui apa
yang akan diperbuat terhadapku di dunia ini, apakah aku akan diusir
sebagaimana para Nabi dulu diusir, ataukah aku akan dibunuh sebagaimana
para Nabi dulu dibunuh?! Dan aku tidak tahu apakah kalian akan
ditenggelamkan ke dalam bumi ataukah akan dihujani dengan batu?! Adapun
di Akhirat maka telah dipastikan bahwa Rosululloh r masuk surga dan juga
para pengikutnya. Pendapat kedua inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (10)
10.
Katakanlah: “Terangkanlah kepadaKu, Bagaimanakah pendapat kalian jika
Al Quran itu datang dari sisi Alloh, sedangkan kalian mengingkarinya dan
seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan
(yang tersebut dalam) Al Quran lalu Dia beriman, sedang kamu
menyombongkan diri. Sesungguhnya Alloh tiada memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim”.
Yaitu: Al-Qur’an itu diturunkan dari Alloh , dan kitab-kitab
sebelumnya yang telah diturunkan kepada para Rosul telah menjadi saksi
akan kebenaran Al-Qur’an, dan seorang saksi dari bani isroil ini pun
telah beriman akan kebenarannya. Yang dimaksud dengan seorang saksi itu
adalah Abdulloh bin Salam sebagaimana diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَا سَبَقُونَا إِلَيْهِ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا بِهِ فَسَيَقُولُونَ هَذَا إِفْكٌ قَدِيمٌ (11)
11.
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau
Sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada
mendahului Kami (beriman) kepadanya. dan karena mereka tidak mendapat
petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang
lama”.
Yaitu mereka menganggap bahwa diri mereka memiliki kedudukan di sisi
Alloh sehingga layak untuk mendapatkan perhatian, karena itu mereka
mengatakan seandainya Al-Qur’an itu baik tentu mereka yang terlebih
dahulu beriman, bukan orang-orang seperti Bilal dan Suhaib dan Khubab
dan yang semisal mereka dari kalangan orang lemah dan budak. Mereka
telah keliru, menganggap diri mereka punya kedudukan di sisi Alloh dan
yang pantas mendapatkan perhatian, padahal tidaklah demikian. Kemudian
mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an itu kedustaan lama, yaitu mewarisi
dari orang-orang sebelumnya.
وَمِنْ قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَامًا وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُصَدِّقٌ لِسَانًا عَرَبِيًّا لِيُنْذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ (12)
12.
dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan
rahmat. dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa
Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Yaitu: sebelum turunnya Al-Qur’an telah diturunkan kitab Taurat kepada
Nabi Musa r, dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang membenarkan kitab-kitab
sebelumnya yang mencakup peringatan terhadap orang kafir dan kabar
gembira untuk kaum mukminin.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)
13.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Alloh”,
kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Yaitu mereka tidak khawatir atas apa yang akan datang dan tidak pula
berduka cita atas apa yang telah lalu. Dan surga itu sebagai balasan
atas amalan mereka. Maknanya adalah amalan itu merupakan sebab untuk
mendapatkan rahmat Alloh sehingga mereka masuk surga, bukan maknanya
seseorang itu masuk surga karena amalannya, akan tetapi masuk surga
karena rahmat Alloh , dan amalan merupakan sebab untuk mendapatkan
rahmat Alloh , sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:
قاربوا وسددوا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله قالوا يا رسول الله ولا أنت ؟ قال ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل
“Bersedang-sedanglah
(dalam amalan, tidak berlebihan tidak pula lalai) dan istiqomahlah (di
atas al-haq), dan ketahuilah, tidaklah selamat salah seorang dari kalian
karena amalannya,” Mereka berkata : “Wahai Rosululloh, Anda juga tidak?”, beliau menjawab: “Aku juga tidak, melainkan Alloh melimpahkan kepadaku rohmat-Nya dan fadhilah-Nya”. HR. Muslim.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)
15.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku
dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah
kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri”.
Dalam ayat ini Alloh memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang
tua setelah menyebutkan ayat-ayat tauhid, sebagaimana Alloh telah
mengiringkan kedua kewajiban ini dalam ayat yang lain seperti yang
tercantum dalam surat A-Baqoroh ayat 83, dan An-Nisa’ ayat 36, dan
Al-An’am ayat 151, dan Al-Isro’ ayat 23, ini menunjukkan akan agungnya
dua kewajiban ini yang harus kita tunaikan dengan semestinya, bahkan
Rosululloh r mendudukkan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua
sebelum kewajiban jihad fisabilillah sebagaimana dalam hadits Ibnu
Mas’ud t:
أي الأعمال أحب إلى الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي ؟ قال ثم بر الوالدين قلت ثم أي ؟ قال ثم الجهاد في سبيل الله
“Apa amalan yang paling dicintai di sisi Alloh , Rosululloh r menjawab : “Solat tepat pada waktunya,” Kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian berbakti kepada kedua orang tua“, kemudian apa lagi, beliau menjawab : “Kemudian jihad fisabilillah.” HR. Muslim.
Kemudian kewajiban mentaati kedua orang tua ini selama mereka tidak
memerintahkan dalam kemaksiatan sebagaimana Alloh berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan
Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Al-Ankabut ayat 8
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” Luqman ayat 15
Dan ibu lebih berhak mendapatkan pergaulan baik dari pada ayah, sebagaimana dalam hadits Abu Huroiroh t:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
”
Seorang lelaki datang kepada Rosululloh t dan berkata: “Wahai Rosululloh
siapakah yang berhak mendapatka baiknya pergaulanku?” Beliau menjawab :
“Ibumu“, Dia berkata: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ibumu“, Dia bertanya: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab : “Kemudian ayahmu“. HR. Bukhori Muslim.
Yang demikian itu karena ibu telah mengalami segala kesusahan dalam
mengandungnya hingga melahirkannya sebagaimana yang telah Alloh
sebutkan dalam ayatnya.
Dan firman Alloh : “Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan” mengandung masalah fiqhiyyah. Ulama’ berdalil dengan ayat ini dan ayat 14 dari surat luqman :
وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْن
“Dan menyapihnya dalam dua tahun”
dan ayat 233 dari surat Al-Baqoroh:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh.”
Bahwa
paling sedikitnya waktu mengandung adalah 6 bulan. Segi pendalilannya
adalah: Alloh telah menyebutkan dalam dua ayat yang terakhir bahwa
menyusui selama dua tahun, dua tahun sama dengan 24 bulan, dan dalam
ayat pertama Alloh menyebutkan bahwa masa menyusui dengan masa
kehamilan seluruhnya 30 bulan, telah disebutkan bahwa masa menyusui
selama 24 bulan maka sisa 6 bulan itulah masa kehamilan, dan pendalilan
ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir –semoga Alloh merahmatinya-.
Kemudian Alloh memberi bimbingan agar bertaubat dan kembali kepada Alloh ketika telah mencapai umur 40 tahun.
أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجَاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ (16)
16.
Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik
yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka,
bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka.
Yaitu : orang-orang yang bertaubat kepada Alloh dan kembali
kepadanya, dan meminta ampun kepadanya atas kesalahan yang pernah mereka
lakukan, mereka itulah yang diterima amal baik mereka dan diampuni
kesalahan mereka dan mereka termasuk dari penduduk surga yang telah
dijanjikan Alloh bagi orang-orang yang bertaubat kepada-Nya.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (17) أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ (18)
17. dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: “Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku?” Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Alloh seraya mengatakan: “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Alloh adalah benar”. lalu Dia berkata: “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka”.
18.
mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka
bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan
manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Setelah Alloh menyebutkan keadaan orang yang berbakti kepada kedua
orang tua, dan balasan baik yang telah dijanjikan Alloh untuknya
berupa kesenangan dan keselamatan, Alloh menyebutkan keadaan orang
yang durhaka kepada orang tua dan mengingkari hari kebangkitan yang
telah ditetapkan Alloh , maka orang yang seperti ini akan mendapatkan
adzab yang pedih sebagai balasan atas amal buruknya, maka menjadilah dia
termasuk dari orang yang merugi.
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (19)
19.
dan bagi masing-masing mereka tingkatan menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Alloh mencukupkan bagi mereka (balasan) amalan-amalan
mereka sedang mereka tiada didzolimi.
Yaitu : Adzab mereka bertingkat-tingkat, dan masing-masing akan
mendapatkan tingkatan adzab dalam neraka sesuai dengan amalan mereka
tanpa Alloh mendzolimi mereka. Berkata Abdur Rohman bin Zaid bin Aslam :
“Tingkatan dalam neraka itu semakin ke bawah, sedangkan tingkatan dalam
surga itu semakin ke atas.”
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ (20)
20. dan di hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kalian telah menghabiskan rezki kalian yang baik dalam kehidupan duniawi kalian (saja) dan kalian telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari ini kalian dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kalian telah fasik”.
Yaitu : orang-orang kafir telah menghabiskan kesenangan mereka di dunia
sehingga mereka tidak lagi mendapatkan kesenangan di Akhirat. Maka
mereka di Akhirat akan mendapatkan adzab yang hina, dan pedih berikut
penyesalan karena mereka telah menyombongkan diri dari mengikut
kebenaran, menghabiskan kesenangan mereka di dunia dengan melakukan
kefasikan dan kemaksiatan.
Bahkan Umar bin Khottob tmenghindari makanan dan minuman yang ledzat
karena takut akan menjadi seperti orang yang tidak mendapatkan
kesenangan lagi di Akhirat.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ (21)
21. dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad Yaitu ketika Dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan Sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan (yang telah diutus) kepada orang-orang yang ada di sekitar negeri mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kalian menyembah selain Alloh, Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab hari yang besar”.
Alloh menghibur Rosululloh r ketika didustakan oleh kaumnya agar
Rosululloh r mengingat Hud r yang juga telah didustakan oleh kaumnya
ketika Hud r diutus kepada mereka yang tinggal di Ahqof (yang berada di
Hadhoromaut Yaman), padahal Alloh telah mengutus para Rosul yang
memberi peringatan kepada orang-orang yang tinggal di negeri di sekitar
negeri mereka. Begitupun mereka masih mendustakan Hud r dan mengatakan:
قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ آلِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (22)
22.
mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada Kami untuk menghalangi Kami
dari (menyembah) sesembahan kami? Maka datangkanlah kepada Kami azab
yang telah kamu ancamkan kepada Kami jika kamu termasuk orang-orang yang
benar”.
Mereka menantang untuk disegerakan adzab kepada mereka, karena mereka
menganggap bahwa apa yang diancamkan kepada mereka itu jauh untuk
terjadi, maka Hud r pun menjawab:
قَالَ إِنَّمَا الْعِلْمُ عِنْدَ اللَّهِ وَأُبَلِّغُكُمْ مَا أُرْسِلْتُ بِهِ وَلَكِنِّي أَرَاكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ (23)
23. Hud r berkata: “Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Alloh dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh”.
Yaitu : Allohlah Yang tahu tentang kalian, jika memang kalian berhak
untuk disegerakan adzab kepada kalian, adapun aku maka tugasku hanyalah
menyampaikan apa yang aku diutus dengannya, akan tetapi kalian
orang-orang yang tidak berfikir dan tidak memahami.
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
24.
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan
menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan Itulah azab yang kalian
minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab
yang pedih,
25.
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, Maka
jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas)
tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang
berdosa.
Ketika mereka melihat mendung datang ke arah mereka, mereka merasa
senang dan gembira, karena mereka mengira bahwa itu adalah mendung yang
akan mendatangkan hujan yang mereka tunggu-tunggu karena mereka sangat
membutuhkannya, namun mereka salah menduga, bahkan itu adalah adzab yang
mereka minta kepada Hud r untuk disegerakan. Maka angin itu
menghancurkan negeri itu dan penduduknya tanpa tersisa dengan idzin
Alloh , maka itulah hukuman Alloh terhadap orang-orang yang
mendustakan para Rosul-Nya dan menyelisihi perintah Alloh .
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)
26.
dan Sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal
yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami
telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi
pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun
bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Alloh dan mereka
telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka
memperolok-olokkannya.
Yaitu Alloh memberi peringatan agar tidak seperti orang-orang yang
telah diberi kedudukan oleh Alloh di dunia berupa harta dan keturunan,
dan diberi pendengaran, penglihatan dan hati, namun semua itu tidak
berguna bagi mereka, karena mereka selalu ingkar dan mengolok-olok
ayat-ayat Alloh sehingga mereka berhak mendapat siksa dari Alloh .
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُمْ مِنَ الْقُرَى وَصَرَّفْنَا الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (27)
27. dan Sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran Kami supaya mereka kembali (bertaubat).
Yaitu: Alloh telah membinasakan negeri-negeri di sekitar Mekkah,
seperti kaum ‘Aad yang tinggal di Ahqof yang berada di
Hadhoromaut-Yaman, dan seperti kaum Tsamud yang tinggal di antara Mekkah
dan Syam, dan juga kaum Saba’ yang tinggal di Ma’rib-Yaman dan juga
penduduk Madyan dan kaumnya Luth r.
فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ قُرْبَانًا آلِهَةً بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (28)
28.
Maka mengapa sesuatu selain Alloh yang mereka jadikan sebagai
sesembahan untuk mendekatkan diri (kepada Alloh) tidak dapat menolong
mereka? Bahkan sesembahan-sesembahan itu telah lenyap dari mereka?
Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Yaitu: sesembahan yang mereka sembah tidak mampu menolong mereka di
kala mereka membutuhkan pertolongan itu, karena semua itu hanyalah
kebohongan yang mereka ada-adakan.
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (29
29.
dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang
mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya)
lalu mereka berkata: “Diamlah kalian (untuk mendengarkannya)”. Ketika
pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan.
Ayat ini mengkisahkan tentang serombongan jin yang mendengarkan
Al-Qur’an kemudian mereka beriman dan kemudian menyeru kaumnya untuk
beriman pula, yang mana kebiasaan mereka adalah mencuri berita dari
langit, namun pada kali ini mereka tidak bisa mencuri berita dari langit
dan mereka dilempar dengan batu api, sehingga mereka bertanya-tanya apa
sebenarnya yang menghalangi mereka untuk bisa mencuri berita, maka
ketika itulah mereka berjalan mencari penyebab yang menghalangi mereka
hingga mereka mendengarkan ayat Al-Qur’an dari Rosululloh r yang
menyebabkan mereka beriman, sebagaimana kisah ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dari haditsnya Ibnu Abbas t:
انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمْ الشُّهُبُ فَرَجَعَتْ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ فَقَالُوا مَا لَكُمْ فَقَالُوا حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ قَالُوا مَا حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ إِلَّا شَيْءٌ حَدَثَ فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلَاةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ فَقَالُوا هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إلَى قَوْمِهِمْ وَقَالُوا يَا قَوْمَنَا {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ{قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ}وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الْجِنِّ
“Rosululloh
r berjalan bersama sekelompok dari para sahabatnya menuju ke pasar
Ukadz, dan telah dihalangi antara setan dan khobar langit dan dikirim
kepada mereka batu api, maka para setan itu kembali kepada kaumnya dan
kaumnya berkata “Ada apa dengan kalian?” Mereka menjawab “Telah
dihalangi antara kami dan antara khobar langit dan dikirimkan kepada
kami batu api”, Kaumnya berkata “Tidaklah menghalangi antara kalian dan
antara khobar langit melainkan sesuatu yang terjadi, maka pergilah
kalian ke timur dan barat bumi dan lihatlah apa ini yang telah
menghalangi antara kalian dan antara khobar langit”, Maka berjalanlah
mereka yang menuju ke daerah Tihamah kepada Rosululloh r dan beliau
berada di Nakhlah (pohon kurma) bersama sahabatnya menuju pasar Ukadz
dan beliau sedang solat subuh berjama’ah bersama sahabatnya, dan ketika
para setan itu mendengar Al-Qur’an mereka menyimaknya dan mereka berkata
“Demi Alloh inilah dia yang menghalangi antara kalian dan antara khobar
langit,” Maka di situlah ketika mereka kembali kepada kaumnya dan
mereka berkata “Wahai kaum kami! Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al
Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang
benar, lalu Kami beriman kepadanya. dan Kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan Kami. Maka Alloh menurunkan
kepada Rosululloh r {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ} , dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Rosululloh r adalah perkataan jin.”
Ayat ini memberikan faedah bahwa di kalangan jin ada juga pemberi
peringatan, tapi bukan berarti dari kalangan jin ada Nabi dan Rosul,
karena sesungguhnya Nabi dan Rosul itu hanyalah dari kalangan manusia,
Alloh tidak mengutus Nabi dan Rosul dari kalangan jin, berdasarkan
firman Alloh :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى
”Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri”
Adapun Firman Alloh :
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ
130. Hai golongan jin dan manusia, Apakah belum datang kepadamu Rasul-rasul dari golongan kamu sendiri,
Yang dimaksud dengan “golongan kalian” adalah manusia, bukan manusia dan jin.
Dan setelah diutusnya Ibrohim r, maka semua Nabi yang diutus adalah dari keturunannya, berdasarkan firman Alloh :
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ
27. dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub, dan Kami jadikan kenabian dan Al kitab pada keturunannya (Ibrohim).
. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (30)
30.
mereka berkata: “Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan
kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan
Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada
jalan yang lurus.
Setelah mereka mendengar Al-Qur’an dari lisan Rosululloh r dan mereka
telah beriman kepadanya, mereka pun kembali kepada kaumnya dengan
membawa peringatan dan mengkhabarkan bahwa Al-Qur’an ini membenarkan
kitab-kitab sebelumnya dan membawa kebenaran yang membimbing kepada
jalan yang lurus. Dan dalam ayat ini Alloh menjelaskan bahwa Al-Qur’an
itu diturunkan setelah nabi Musa r yaitu setelah kitab taurat, padahal
sebelum Al-Qur’an adalah kitab Injil dan Taurat diturunkan sebelum
Injil, yang demikian itu karena kitab Injil pada hakikatnya adalah
penyempurna Taurat, maka yang menjadi pondasi utama adalah Taurat, maka
layak dikatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan setelah Taurat.
يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (31)
31.
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh dan
berimanlah kepada-Nya, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian
dan melepaskan kalian dari azab yang pedih.
Ayat ini merupakan dalil bahwa Rosululloh r diutus kepada jin dan manusia.
وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (32
32.
dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Alloh
maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Alloh di muka bumi dan
tidak ada baginya pelindung selain Alloh. Mereka itu dalam kesesatan
yang nyata”.
Maka mereka telah menyeru kaumnya untuk beriman dengan memberi harapan
dan ancaman, sehingga banyak dari kaumnya yang datang kepada Rosululloh r
dan beriman dengannya
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (33)
33.
dan Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Alloh yang
menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena
menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan)
Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Yaitu : Tidakkah mereka orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan
itu memperhatikan bahwa Alloh mampu menciptakan langit dan bumi, maka
tentu Alloh lebih mampu untuk membangkitkan manusia, lalu kenapa
mereka mengingkarinya?! Padahal Alloh maha kuasa atas segala sesuatu.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَلَيْسَ هَذَا بِالْحَقِّ قَالُوا بَلَى وَرَبِّنَا قَالَ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (34)
34.
dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada
neraka, (Dikatakan kepada mereka): “Bukankah (azab) ini benar?” mereka
menjawab: “Ya benar, demi Tuhan kami”. Alloh berfirman “Maka rasakanlah
azab ini disebabkan kalian selalu ingkar”.
Maka mereka tidak bisa lagi untuk mengingkari melainkan harus mengaku.
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (35)
35. Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Dalam ayat ini Alloh Y memerintahkan Rosululloh r untuk bersabar
sebagaimana Ulul Azmi dari para Rosul itu bersabar, yang dimaksud dengan
Ulul Azmi adalah yang memiliki keteguhan dalam ujian([2]).
Dan orang-orang kafir ketika telah menyaksikan adzab yang mengerikan,
mereka merasa bahwa selama ini mereka tinggal di dunia hanyalah sesaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar