189.
ALLAH MENJADIKAN DUNIA INI PENUH DENGAN UJIAN ADALAH DENGAN MAKSUD AGAR MENUSIA
MERASA BOSAN TERHADAPNYA, LALU CENDERUNG PADA KEHIDUPAN AKHIRAT
Innamaa
ja’alahaa mahallaan lil-aghyaari wama’dinaan lil-akdaari tazhidaan laka fiihaa.
Artinya : Bahwasanya Allah
menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian (kesedihan) dan sebagai sumber
kekeruhan agar kamu merasa bosan terhadapnya”.
Kalau dipikir-pikir, memang
sungguh tidak menyenangkan hidup didunia ini. Coba bayangkan, hanya sementara
tetapi penuh dengan ujian. Orang yang kaya merasa
pusing mengurusi kekayaannya dan yang miskin merasa susah karena tidak bisa memenuhi keinginan-keinginannya.
Begitulah kehidupan dunia. Dan
memang semuanya itu sengaja dijadikan Allah demi kebaikan manusia sendiri, yakni
agar mereka lebih mementingkan kehidupan akhiratnya daripada kehidupan
dunianya, meskipun kehidupan dunia itu sendiri tidak boleh dilupakan sama
sekali.
Ada empat katagori yang dapat
dipakai sebagai ukuran untuk menilai kehidupan seseorang, apakah cenderung
kepada (dunia) ataukah kepada (akhirat) .
Keempat katagori tersebut
adalah :
1.
Manusia hamba materi atau
kebendaan,
yang berarti hidupnya mulia ketika di dunia, tetapi ketika di akhirat. Sungguh
celaka orang yang termasuk kedalam katagori ini. Memang mungkin ia dapat
mencapai kemuliaan di dunia. Tetapi di akhirat ia akan mendapatkan kehinaan.
Seseorang yang demikian ini selalu mencurahkan seluruh tenaga dan fikirannya
untuk mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya, sehingga lupa kepada
kewajiban-kewajibannya terhadap Tuhannya. Jiwa dan fikirannya tidak bisa
beristirahat dengan tenang, karena selalu dipenuhi oleh khayalan-khayalan yang
membungbung yang menuntut dirinya untuk segera mencapainya, selain itu juga
diliputi kekhawatiran-kekhawatiran akan kehilangan benda-benda yang telah
dikumpulkan dan yang begitu di cintainya. Perasaan takut kehilangan ini
menyebabkan ia menjadi (kikir) dan enggan mengulurkan tangannya untuk memberi
bantuan-bantuan kepada orang lain.
Mereka beranggapan, bahwa di
dunia inilah tempat kesenangan. Mata hatinya telah tertutup. Hanya mata
lahirnya saja yang masih berbinar-binar menyaksikan keindahan dunia. Mereka
sama sekali lupa, atau memang sengaja
tidak mempedulikan lagi tentang Firman allah dalam Al-qur’an. Surat Ali-Imran ayat 4, yang artinya :
“jadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang di ingini, yaitu
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda,
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga)”.
Juga dalam Surat yang sama ayat 185, yang artinya :
“ Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.
Selain itu ada lagi peringatan
Allah terhadap orang-orang yang menjadi hamba kebendaan ini, di antaranya yang
terdapat dalam Al-qur’an surat Hud ayat 15-16,
yang artinya :
“Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami memberikan kepada mereka balasan
pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak
diragukan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
(neraka) dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia
dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan”.
2.
Manusia hamba kerohaniaan, yang
berarti hidup di dunia, tetapi mulia di akhirat.
Yang dimaksud manusia yang
diperhamba oleh rohaninya adalah seseorang yang karena (Iman) dan (Taqwanya)
yang membabi buta hingga seluruh hidupnya hanya diperuntukkan untuk (Ibadah) dan mencari kepuasan (Batin) atau (Rohaninya) semata.waktu-waktu yang dihasilkan di masjid atau
musholla untuk mengerjakan (shalat)
dan (dzikir) sebanyak-banyaknya,
atau untuk berdakwah dari satu tempat ketempat lainnya.
Akan tetapi untuk mencukupi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri atau untuk keluarganya ia menggatungkannya
pada belas kasih orang lain. Ia tidak mau berusah sendiri mencarinya karena
merasa khawatir akan terpengaruh oleh keduniaan.
Orang-orang yang demikian ini,
pada hakekatnya tidak mau mengamalkan kandungannya (isi) Al-Qur’an, terutama pada Surat Al-Jumu’ah ayat 10, yang artinya :
“Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah
sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.
Dari penjelasan ayat di atas,
nyatalah bagi kita, bahwa seorang muslim itu tidak hanya disuruh melaksanakan
shalat saja, puasa saja, atau berdzikir saja. Tetapi ia juga wajib mencari
harta, baik untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri maupun
kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
1. Manusia
muslim dua segi,
yang berarte hidup mulia di dunia dan di akhirat.
Orang-orang yang benar
beruntung adalah orang yang dapat menyumbangkan antara kebutuhan jasmani dengan
kebutuhan rohaninya sehingga dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirta.
Terhadap orang-orang yang
demikian ini, Allah melukiskan dalam Al-Qur’an
surat
Al-Baqarah ayat 201-202,yang artinya :
“Dan di antara mereka ada yang
berdo’a :Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
mapun di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka. Mereka
itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan
Allah sangat cepat perhitungannya”. Orang-orang termasuk dalam bagian ini
apabila mencari harta, maka ia selalu berpegang teguh pada garis-garis Mu’amalah dan Tijaroh yang sudah ditentukan oleh agama.
Dan apabila beribadah, maka
ibadahnya itu ia laksanakan sesuai dengan yang diperintahkan agama (tidak berlebih-lebihan), sehingga
tidak sampai melupakan kepentingan dunianya.
Selain itu, dalam berusaha atau
bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maupun untuk kebutuhan
keluarga yang menjadi tanggung jawabnya selalu ia niatkan untuk (beribadah) kepada-Nya dan bukan untuk
mencari harta semata.
4.Manusia polos, yang berarti hina di dunia dan
hina pula di akhirat. Orang yang termasuk dalam katagori ke empat ini adalah
orang yang paling sial dan paling merugi. Bagaimana tidak, di dunia hidupnya
sudah menderita dan di akhirat akan lebih menderita lagi.
Yang demikian ini biasanya
terjadi pada orang-orang miskin yang tidak sabar dengan keadaannya. Akibatnya
ia menjadi malas untuk beribadah, bahkan tingkah lakunya cenderung kepada
perbuatan dosa dan maksiat. Nah, dari k empat katagori di atas kita dapat
menilai diri pribadi masing-masing. Kira-kira kita ini termasuk kedalam
katagori yang mana. Allah berfirman dalam Al-Qur’an
Surat
Al-Ankabut ayat 6, berikut ini, yang artinya :
“Dan tiadalah
kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar