Al-Qur’anul karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah
kepada Rasulallah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana
yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang
lurus.
Pengertian al-Qur’an secara lebih lengkap dan luas adalah seperti yang
dikemukakan oleh Abd Wahab Khallaf. Menurut beliau:Al-Qur’an adalah
kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kekalbu Rasulallah
SAW dengan menggunakan bahasa arab dan disertai dengan kebenaran agar
dijadikan hujjah (penguat) dalam pengakuannya sebagai Rasulallah dan
agar dijadikan sebagai undang-undang bagi seluruh umat manusia, di
samping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al-Qur’an itu
dikompilasikan di antara dua ujung yang dimulai dari surat al-fatihah
danditutup dengan surat an-nas yang sampai kepada kita secara tertib
dalam nentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh atau terpelihara
dariperubahan dan pergantian.
Islam adalah agama samawi terakhir yang dirisalahkan melalui Rasulullah
SAW. Karena Islam sebagai agama terakhir dan juga sebagai penyempurna
ajaran-ajaran terdahulu, maka sangat bisa dipahami, jika Islam merupakan
ajaran yang paling komprohensif, Islam sangat rinci mengatur kehidupan
umatnya, melalui kitab suci al-Qur’an. Allah SWT memberikan petunjuk
kepada umat manusia bagaimana menjadi insan kamil atau pemeluk agama
Islam yang kafah atau sempurna.
Secara garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu Hablum Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan)
dan Hablum Minannas (hubungan manusia dengan manusia). Allah menghendaki
kedua hubungan tersebut seimbang walaupun hablumminannas lebih banyak
di tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih mementingkan urusan
kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karena hablumminannas lebih
komplek dan lebih komprehensif.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS Al-Hujurot Ayat-13)
Allah Swt. menceritakan kepada manusia bahwa Dia telah menciptakan
mereka dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan istrinya, yaitu
Adam dan Hawa, kemudian Dia menjadikan mereka berbangsa-bangsa.
Pengertian bangsa dalam bahasa Arab adalah sya 'bun yang artinya lebih
besar daripada kabilah, sesudah kabilah terdapat tingkatan-tingkatan
lainnya yang lebih kecil seperti fasa-il (puak), 'asya-ir (Bani),
'ama-ir, Afkhad, dan lain sebagainya.
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan syu'ub ialah
kabilah-kabilah yang non-Arab. Sedangkan yang dimaksud dengan
kabilah-kabilah ialah khusus untuk bangsa Arab, seperti halnya kabilah
Bani Israil disebut Asbat. Keterangan mengenai hal ini telah kami
jabarkan dalam mukadimah terpisah yang sengaja kami himpun di dalam
kitab Al-Asybah karya Abu Umar ibnu Abdul Bar, juga dalam mukadimah
kitab yang berjudul Al-Qasdu wal Umam fi Ma'rifati Ansabil Arab wal
'Ajam.
Pada garis besarnya semua manusia bila ditinjau dari unsur kejadiannya
yaitu tanah liat sampai dengan Adam dan Hawa a.s. sama saja.
Sesungguhnya perbedaan keutamaan di antara mereka karena perkara agama,
yaitu ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah sesudah
melarang perbuatan menggunjing dan menghina orang lain, Allah Swt.
berfirman mengingatkan mereka, bahwa mereka adalah manusia yang
mempunyai martabat yang sama:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا}
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. (Al-Hujurat: 13)
Agar mereka saling mengenal di antara sesamanya, masing-masing dinisbatkan kepada kabilah (suku atau bangsa)nya.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: supaya kamu
saling kenal-mengenal. (Al-Hujurat: 13) Seperti disebutkan si Fulan bin
Fulan dari kabilah anu atau bangsa anu.
Sufyan As-Sauri mengatakan bahwa orang-orang Himyar menisbatkan dirinya
kepada sukunya masing-masing, dan orang-orang Arab Hijaz menisbatkan
dirinya kepada kabilahnya masing-masing.
قَالَ أَبُو عِيسَى التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ
عِيسَى الثَّقَفِيِّ، عَنْ يَزِيدَ -مَوْلَى الْمُنْبَعِثِ-عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
"تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ؛
فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الْأَهْلِ، مَثْرَاةٌ فِي
الْمَالِ، مَنْسَأَةٌ فِي الْأَثَرِ".
Abu Isa At-Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, dari
Abdul Malik ibnu Isa As-Saqafi, dari Yazid Mula Al-Munba'is, dari Abu
Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:Pelajarilah
nasab-nasab kalian untuk mempererat silaturahmi (hubungan keluarga)
kalian, karena sesungguhnya silaturahmi itu menanamkan rasa cinta kepada
kekeluargaan, memperbanyak harta, dan memperpanjang usia.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, ia tidak mengenalnya melainkan hanya melalui jalur ini.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat: 13)
Yakni sesungguhnya kalian berbeda-beda dalam keutamaan di sisi Allah
hanyalah dengan ketakwaan, bukan karena keturunan dan kedudukan.
Sehubungan dengan hal ini banyak hadis Rasulullah Saw. yang
menerangkannya.
قَالَ الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ،
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ سَعِيدُ بْنُ أَبِي
سَعِيدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النَّاسِ أَكْرَمُ؟ قَالَ:
"أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ" قَالُوا: لَيْسَ عَنْ هَذَا
نَسْأَلُكَ. قَالَ: "فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ، ابْنُ
نَبِيِّ اللَّهِ، ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ". قَالُوا: لَيْسَ عَنْ هَذَا
نَسْأَلُكَ. قَالَ: "فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِي؟ " قَالُوا:
نَعَمْ. قَالَ: "فَخِيَارُكُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِي
الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Salam, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Ubaidillah, dari Sa'id
ibnu Abu Sa'id r.a., dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah
Saw. pernah ditanya mengenai orang yang paling mulia, siapakah dia
sesungguhnya? Maka Rasulullah Saw. menjawab: Orang yang paling mulia di
antara mereka di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Mereka
mengatakan, "Bukan itu yang kami maksudkan." Rasulullah Saw.
bersabda:Orang yang paling mulia ialah Yusuf Nabi Allah, putra Nabi
Allah dan juga cucu Nabi Allah, yaitu kekasih Allah. Mereka mengatakan,
"Bukan itu yang kami maksudkan." Rasulullah Saw. balik bertanya, "Kamu
maksudkan adalah tentang kemuliaan yang ada di kalangan orang-orang
Arab?" Mereka menjawab, "Ya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang
yang terhormat dari kalian di masa Jahiliah adalah juga orang-orang
yang terhormat dari kalian di masa Islam jika mereka mendalami agamanya.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini bukan hanya pada satu tempat
melainkan melalui berbagai jalur dari Abdah ibnu Sulaiman. Imam Nasai
meriwayatkannya di datem kitab tafsir, dari Ubaidah ibnu Umar Al-Umari
dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ مُسْلِمٌ، رَحِمَهُ اللَّهُ: حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ،
حَدَّثَنَا كَثِير بْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ، عَنْ
يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ
إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ".
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr An-Naqid,
telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Hisyam, telah menceritakan
kepada kami Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid ibnul Asam, dari Abu Hurairah
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian dan harta kalian,
tetapi Dia memandang kepada hati dan amal perbuatan kalian.
Ibnu Majah meriwayatkan hadis ini dari Ahmad ibnu Sinan, dari Kasir ibnu Hisyam dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ
بَكْرٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: "انْظُرْ، فَإِنَّكَ لَسْتَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ
وَلَا أَسْوَدَ إِلَّا أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Abu
Hilal, dari Bakar, dari Abu Zarr.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya
Nabi Saw. pernah bersabda kepadanya: Perhatikanlah, sesungguhnya
kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit
hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah.
Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid.
Hadis lain.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو
عُبَيْدَةَ عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْعَسْكَرِيُّ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَمْرِو بْنِ جَبَلة، حَدَّثَنَا
عُبَيْدُ بْنُ حُنَيْنٍ الطَّائِيُّ، سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ حَبِيبِ بْنِ
خِرَاش العَصَرِيّ، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: الْمُسْلِمُونَ
إِخْوَةٌ، لَا فَضْلَ لِأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ إِلَّا بِالتَّقْوَى
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abu Ubaidah Abdul Waris ibnu Ibrahim Al-Askari, telah menceritakan
kepada kami Abdur Rahman ibnu Amr Ibnu Jabalah, telah menceritakan
kepada kami Ubaid ibnu Hunain At-Ta'i bahwa ia pernah mendengar Muhammad
ibnu Habib ibnu Khirasy Al-Asri menceritakan hadis berikut dari ayahnya
yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:Orang-orang muslim itu
bersaudara, tiada keutamaan bagi seseorang atas lainnya kecuali dengan
takwa.
Hadis lain.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ فِي مُسْنَدِهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ
يَحْيَى الْكُوفِيُّ، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا
قَيْسٌ -يَعْنِي ابْنَ الرَّبِيعِ-عَنْ شَبِيبِ بْنِ غَرْقَدَة، عَنِ
الْمُسْتَظِلِّ بْنِ حُصَيْنٍ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّكُمْ بَنُو آدَمَ.
وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ، وَلَيَنْتَهِيَنَّ قَوْمٌ يَفْخَرُونَ
بِآبَائِهِمْ، أَوْ لَيَكُونُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللَّهِ مِنَ الجِعْلان".
Al-Bazzar telah mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Yahya Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Qais (yakni Ibnur
Rabi'), dari Syabib ibnu Urqudah, dari Al-Mustazil ibnu Husain, dari
Huzaifah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Kamu sekalian adalah anak-anak Adam, dan Adam diciptakan dari tanah;
untuk itu hendaklah suatu kaum tidak lagi membangga-banggakan
orang-orang tuanya, atau benar-benar mereka lebih rendah dari serangga
tanah menurut Allah Swt.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengenalnya bersumberkan dari Huzaifah kecuali melalui jalur ini.
Hadis lain.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الرَّبِيعِ بْنِ سُلَيْمَانَ،
حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا
الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُبَيْدَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عمر قَالَ: طَافَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ عَلَى نَاقَتِهِ القَصْواء
يَسْتَلِمُ الْأَرْكَانَ بِمِحْجَنٍ فِي يَدِهِ، فَمَا وَجَدَ لَهَا
مُنَاخًا فِي الْمَسْجِدِ حَتَّى نَزَلَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى أَيْدِي الرِّجَالِ، فَخَرَجَ بِهَا إِلَى بَطْنِ الْمَسِيلِ
فَأُنِيخَتْ. ثُمَّ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطَبَهُمْ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى
عَلَيْهِ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ ثُمَّ قَالَ: "يَا أَيُّهَا النَّاسُ،
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّية الْجَاهِلِيَّةِ
وَتُعَظُّمَهَا بِآبَائِهَا، فَالنَّاسُ رَجُلَانِ: رَجُلٌ بَرٌّ تَقِيٌّ
كَرِيمٌ عَلَى اللَّهِ، وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللَّهِ. إِنَّ
اللَّهَ يَقُولُ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
ثُمَّ قَالَ: "أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي
وَلَكُمْ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu
Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Asad ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Zakaria Al-Qattan, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, dari Abdullah ibnu Dinar,
dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa di hari penaklukkan kota Mekah
Rasulullah Saw. melakukan tawaf di Baitullah dengan mengendarai untanya
yang bernama Qaswa, beliau mengusap rukun dengan tongkat yang
dipegangnya. Maka beliau tidak menemukan ruangan bagi unta Qaswa di
dalam Masjidil Haram itu (karena penuh sesak dengan orang-orang).
Akhirnya beliau turun dari untanya dan menyerahkan untanya kepada
seseorang yang membawanya ke luar masjid, lalu mengistirahatkannya di
lembah tempat sa'i. Kemudian Rasulullah Saw. berkhotbah kepada mereka di
atas unta kendaraannya itu, yang dimulainya dengan membaca hamdalah dan
memuji-Nya dengan pujian yang pantas untuk-Nya. Setelah itu beliau
bersabda: Hai manusia, sesungguhnya Allah Swt. telah melenyapkan dari
kalian keaiban masa Jahiliah dan tradisinya yang selalu
membangga-banggakan orang-orang tua. Manusia itu hanya ada dua macam,
yaitu orang yang berbakti, bertakwa, lagi mulia di sisi Allah Swt.; dan
orang yang durhaka, celaka, lagi hina menurut Allah Swt. Kemudian Nabi
Saw. membaca firman Allah Swt.: Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13) Setelah itu
beliau Saw. mengucapkan istigfar seperti berikut: Aku akhiri ucapan ini
seraya memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan kalian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdu ibnu Humaid, dan Abu Asim Ad
Dahhak, dari Makhlad, dari Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنَا
ابْنُ لَهِيعة، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ رَبَاحٍ،
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَنْسَابَكُمْ هَذِهِ لَيْسَتْ
بِمِسَبَّةٍ عَلَى أَحَدٍ، كُلُّكُمْ بنو آدم طَفَّ الصاع لم يملؤه، لَيْسَ
لِأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ فَضْلٌ إِلَّا بِدِينٍ وَتَقْوًى، وَكَفَى
بِالرَّجُلِ أَنْ يَكُونَ بَذِيّا بَخِيلًا فَاحِشًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq,
telah menceritakan kepada kam, Ibnu Lahi’ah, dari Al-Haris ibnu Yazid,
dari Ali ibnu Rabah, dari Uqbah ibnu Amr ra yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda. Sesungguhnya nasab kalian
ini bukanlah (sarana) untuk merendahkan siapa pun. Kamu sekalian adalah
anak-anak Adam yang mempunyai martabat yang sama tiada bagi seseorang
keutamaan atas yang lainnya kecuali dengan agama dan takwa. Cukuplah
(keburukan) bagi seseorang bila dia menjadi orang yang tercela, kikir,
lagi buruk kata-katanya.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Yunus, dari Ibnu Wahb dari Ibnu Lahi'ah
dengan sanad yang sama, yang bunyi teksnya seperti berikut:
"النَّاسُ لِآدَمَ وَحَوَّاءَ، طَفَّ الصَّاعُ لَمْ يَمْلَئُوه، إِنَّ
اللَّهَ لَا يَسْأَلُكُمْ عَنْ أَحِسَابِكُمْ وَلَا عَنْ أَنْسَابِكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عند الله أتقاكم".
Manusia itu berasal dari Adam dan Hawa mempunyai martabat yang sama.
Sesungguhnya Allah tidak menanyai kedudukan kalian dan tidak pula nasab
kalian di hari kiamat nanti. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.
Tetapi teks hadis ini tidak terdapat di dalam keenam kitab Sittah melalui jalur ini.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ،
حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ سِمَاك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمِيرة زَوْجِ
دُرَّةَ ابْنَةِ أَبِي لَهَبٍ، عَنْ دُرَّةَ بِنْتِ أَبِي لَهَبٍ قَالَتْ:
قَامَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
عَلَى الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟
فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "خَيْرُ النَّاسِ
أَقْرَؤُهُمْ، وَأَتْقَاهُمْ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَآمَرُهُمْ
بِالْمَعْرُوفِ، وَأَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ، وَأَوْصَلُهُمْ
لِلرَّحِمِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul
Malik, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Sammak, dari Abdullah
ibnu Umrah (suami Durrah binti Abu Lahab),' dari Durrah binti Abu Lahab
yang menceritakan bahwa seorang lelaki berdiri, lalu berjalan menuju
kepada Nabi Saw. Saat itu beliau berada di atas mimbar, lalu ia
bertanya, "Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling baik itu?"
Rasulullah Saw. menjawab: Sebaik-baik manusia ialah yang paling pandai
membaca Al-Qur'an, paling bertakwa kepada Allah Swt., paling gencar
memerintahkan kepada kebajikan dan paling tekun melarang perbuatan
mungkar, serta paling gemar bersilaturahmi.
Hadis lain.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ
لَهِيعَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَسْوَدِ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ،
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: مَا أَعْجَبَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْءٌ مِنَ الدُّنْيَا، وَلَا أَعْجَبَهُ أَحَدٌ
قَطُّ، إِلَّا ذُو تُقًى
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan. telah
menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami
Abul Aswad, dari Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Aisyah r.a. yang
mengatakan: Tiada sesuatu pun dari duniawi ini yang dikagumi oleh
Rasulullah Saw. dan tiada seorang pun yang dikagumi oleh beliau kecuali
orang yang mempunyai ketakwaan.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara munfarid.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13)
Yakni Dia Maha Mengetahui kalian dan Maha Mengenal semua urusan kalian,
maka Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya, merahmati siapa yang
dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya, serta
mengutamakan siapa yang dikehendaki-Nya atas siapa yang dikehendakinya.
Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal dalam semuanya
itu.
Ada sebagian ulama yang dengan berdasarkan ayat yang mulia ini
berpendapat bahwa kafa'ah(sepadan) dalam masalah nikah bukan merupakan
syarat, dan tiada syarat dalam pernikahan kecuali hanya agama, karena
firman Allah Swt.:
{إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ}
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat: 13)
Sedangkan sebagian ulama lainnya berpegangan kepada dalil-dalil lain
yang keterangannya secara rinci disebutkan di dalam kitab-kitab fiqih,
kami telah mengutarakan sebagian darinya di dalam Kitabul Ahkam.
Imam Tabrani telah meriwayatkan dari Abdur Rahman, bahwa ia telah
mendengar seorang lelaki dari kalangan Bani Hasyim mengatakan, "Aku
adalah orang yang paling utama terhadap Rasulullah Saw." Maka orang lain
mengatakan, "Aku lebih utama terhadapnya daripadamu, karena aku
memiliki hubungan dengannya."
ISI KANDUNGAN SURAH AL-HUJARAT AYAT 13
Sebagai makhluk sosial, manusia mau atau tidak mau harus berinteraksi
dengan manusia lain, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia
menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling
menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan atau tertib,
disiplin, menghargai hak-hak azasi manusia dan sebagainya. Lingkungan
yang demikian itulah memungkinkan ia dapat melakukan berbagai
aktifitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat
merugikan dirinya.
Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan
keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di
dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur
tentang tata kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang
makmur. Salah satu kandungannya berisi perintah untuk melakukan
perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang
beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat
muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya
pertikaian tersebut.
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan suasana muslim,
ayat diatas berlatih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar
manusia. Karena itu ayat diatur tidak lagi menggunakkan panggilan yang
ditujukan kepada orang-orang beriman tetapi kepada jenis manusia. Allah
berfirman: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan perempuan yakni Adam dan Hawwa, atau dari sperma (benih
laki-laki) dan ovum ( indung telur perempuan) serta menjadikanmu
berbangsa-bangsa juga bersuka-suka supaya kamu saling mengenal yang
menghantar kamu untuk bantu- membantu serta saling melengkapi.
Penggalan pertama ayat diatas “ sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan “ penghantar untuk menegaskan bahwa
semua manusia derajat kemanusiannya sama di sisi Allah, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada salinannya, semakin terbuka
peluang untuk saling member manfaat. Karena itu ayat diatas menekankan
saling mengenal, perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik
pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada
Allah swt. Yang dampaknya tercermin kedamaian dan kesahjetaraan hidup
duniawi dan kebahagian ukhrawi. Anda tidak dapat menarik pelajaran
,tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat bahkan tidak dapat
bekerjasama tanpa saling kenal mengenal.
Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang
dapat mencegah terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
1. Nilai pendidikan untuk menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin,
untuk tidak saling merendahkan satu sama lain. Dilarang saling
mengolok-olok, mengejek, memanggil dengan gelar yang buruk, berbuat
ghibah. Diperintahkan untuk saling menghormati satu sama lain, aplikasi
dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan metode keteladanan,
nasihat, kisah dan metode peringatan dan ancaman (targhib).
2. Pendidikan taubat, dalam ayat tersebut kita diperintahkan bertaubat
setelah berdosa. Aplikasi pendidikan islam, bertaubat melalui metode
pembiasaan dan pemberian nasehat (ceramah).
3. Nilai pendidikan untuk tidak suudhdhan / berburuk sangka,
diperintahkan untuk berbaik sangka / positif thingking. Pendidikan
positif thingking dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasehat dan
metode pembiasaan.
4. Pendidikan Ta’aruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas
budaya, geografis dan tidak diskriminatif. Pendidikan ta’aruf ini dapat
dilakukan dengan metode nasehat, kisah dan pembiasaan.
5. Pendidikan persamaan derajat, pernyataan “ yang paling mulia disisi
Allah adalah orang yang paling bertaqwa” mengisyaratkan persamaan
derajat manusia dihadapan allah swt sama. Pendidikan persamaan derajat
dapat dilakukan dengan metode ceramah, nasehat, kisah dan metode
keteladanan.
Kelima nilai-nilai pendidikan akhlak diatas merupakan isi kandungan
surah al Hujurat ayat 13, apabila diterapkan di dalam kehidupan
sehari-hari oleh umat Islam maka mereka akan dapat hidup penuh
kedamaian. Dan sebaiknya nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan sejak
dini kepada generasi umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar