Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ
ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ
السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ
كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا (36)
Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat.
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga
yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kalian
miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. [QS An-Nisa' Ayat-36]
Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar menyembah Dia
semata, tiada sekutu bagi Dia. Karena sesungguhnya Dialah Yang Maha
Pencipta, Maha Pemberi rezeki, Yang memberi nikmat, Yang memberikan
karunia kepada makhluk-Nya dalam semua waktu dan keadaan. Dialah Yang
berhak untuk disembah oleh mereka dengan mengesakan-Nya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Seperti yang
disebutkan di dalam sabda Nabi Saw. kepada Mu'az ibnu Jabal:
"أتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ ؟ " قَالَ: اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "أَنْ يَعْبدُوهُ ولا يُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا"، ثُمَّ قَالَ: "أتَدْري مَا حَقُّ العبادِ عَلَى اللهِ إِذَا
فَعَلُوا ذَلِكَ؟ أَلَّا يُعَذِّبَهُم"
"Tahukah kamu, apakah hak Allah atas hamba-hamba-Nya?" Mu'az menjawab,
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Hendaknya
mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
pun."Antara lain Nabi Saw. bersabda pula: Tahukah kamu, apakah hak
hamba-hamba Allah atas Allah, apabila mereka mengerjakan hal tersebut?
Yaitu Dia tidak akan mengazab mereka.
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang hasan dari Mua'dz bin Jabal
Radhiallohu 'anhu, beliau berkata : Rasulullah shollallahu 'alaihi
wasallam telah mewasiatkan kepadaku sepuluh perkara [diantaranya]
Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ شَيْئاً وَإِنْ قُتِلْتَ وَحُرِّقْتَ
Jangan pernah menyekutukan Allah, meskipun engkau dibunuh dan dibakar!
وَلاَ تَعُقَّنَّ وَالِدَيْكَ وَإِنْ أَمَرَاكَ أَنْ تَخْرُجَ مِنْ أَهْلِكَ وَمَالِكَ
Jangan pernah durhaka kepada kedua orang tua, meskipun keduanya menyuruhmu untuk meninggalkan keluarga dan hartamu!
Kemudian Nabi Saw. mewasiatkan agar kedua orang tua diperlakukan dengan
perlakuan yang baik, karena sesungguhnya Allah Swt. menjadikan keduanya
sebagai penyebab bagi keberadaanmu dari alam 'adam sampai ke alam wujud.
Sering sekali Allah Swt. menggandengkan antara perintah beribadah
kepada-Nya dengan berbakti kepada kedua orang tua, seperti yang
disebutkan di dalam firman-Nya:
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوالِدَيْكَ
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. (Luqman: 14)
وَقَضى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوالِدَيْنِ إِحْساناً
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu (Al-Isra: 23)
Kemudian berbuat baik kepada ibu bapak ini diiringi dengan perintah
berbuat baik kepada kaum kerabat dari kalangan kaum laki-laki dan
wanita. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
«الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِي الرَّحِمِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ»
Bersedekah kepada orang miskin adalah sedekah, tetapi kepada kerabat adalah sedekah dan silaturahmi.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَالْيَتامى
dan (berbuat baiklah kepada) anak-anak yatim.(An-Nisa: 36)
Demikian itu karena mereka telah kehilangan orang yang mengurus
kemaslahatan mereka dan orang yang memberi mereka nafkah. Maka Allah
memerintahkan agar mereka diperlakukan dengan baik dan dengan penuh
kasih sayang.
Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:
وَالْمَساكِينِ
dan (berbuat baiklah kepada) orang-orang miskin. (An-Nisa: 36)
Mereka adalah orang-orang yang memerlukan uluran tangan karena tidak
menemukan apa yang dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka. Maka Allah
memerintahkan agar mereka dibantu hingga kebutuhan hidup mereka cukup
terpenuhi dan terbebaskan dari keadaan daruratnya.
Firman Alloh Swt;
وَ يُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَ يَتِيمًا وَ أَسِيرًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. [QS al-Insan/ 76: 8].
Firman Alloh Swt;
وَ مَا أَدْرَاكَ مَا اْلعَقَبَةُ فَكُّ رَقَبَةٍ أَوْ إِطْعَامٌ فِى
يَوْمٍ ذِى مَسْغَبَةٍ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ أَوْ مِسْكَينًا ذَا
مَتْرَبَةٍ
“Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu)
membebaskan budak, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak
yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”.
[QS al-Balad/ 90: 12-15].
Dari Jabir bin Abdullah radliyallahu anhu bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. [HR
ad-Daruquthniy di dalam al-Afrad, ath-Thabraniy, Adl-Dliya’
al-Muqaddisiy dan al-Haitsamiy]
Firman Alloh Swt;
لَيْسَ اْلبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ اْلمـَشْرِقِ وَ
اْلمـَغْرِبِ وَ لَكِنَّ اْلبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ
اْلأَخِرِ وَ اْلمـَلَائِكَةِ وَ اْلكِتَابِ وَ النَّبِيِّينَ وَ ءَاتَى
اْلمـَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِى اْلقُرْبَى وَ اْليَتَامَى وَ
اْلمـَسَاكِينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin”.[QS al-Baqarah/ 2:177].
Firman Allah Swt.:
وَالْجارِ ذِي الْقُرْبى وَالْجارِ الْجُنُبِ
dan (berbuat baiklah kepada) tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh. (An-Nisa: 36)
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan
jari dzil qurba ialah tetangga yang antara kamu dan dia ada hubungan
kerabat, sedangkan jaril junub ialah tetangga yang antara kamu dan dia
tidak ada hubungan kerabat.
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: كَانَ اَبُوْ طَلْحَةَ اَكْثَرَ اْلاَنْصَارِ
بِاْلمَدِيْنَةِ مَالاً مِنْ نَخْلٍ وَ كَانَ اَحَبُّ اَمْوَالِهِ اِلَيْهِ
بَيْرُحَاءَ وَ كَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ اْلمَسْجِدِ، وَ كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ ص يَدْخُلُهَا وَ يَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيْهَا طَيِّبٍ. فَلَمَّا
نَزَلَتْ هذِهِ اْلايَةُ < لَنْ تَنَالُوا اْلبِرَّ حَتّى تُنْفِقُوْا
مِمَّا تُحِبُّوْنَ> قَامَ اَبُوْ طَلْحَةَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص
فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى يَقُوْلُ
<لَنْ تَنَالُوا اْلبِرَّ حَتّى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ> وَ
اِنَّ اَحَبَّ مَالِى اِلَيَّ بَيْرُحَاءُ، وَ اِنَّهَا صَدَقَةٌ ِللهِ
تَعَالَى اَرْجُوْ بِرَّهَا وَ ذُخْرَهَا عِنْدَ اللهِ تَعَالَى فَضَعْهَا
يَا رَسُوْلَ اللهِ حَيْثُ اَرَاكَ اللهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بَخٍ
ذلِكَ مَالٌ رَابِحٌ، ذلِكَ مَالٌ رَابِحٌ. وَ قَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ.
وَ اِنِّى اَرَى اَنْ تَجْعَلَهَا فِى اْلاَقْرَبِيْنَ. فَقَالَ اَبُوْ
طَلْحَةَ: اَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَسَّمَهَا اَبُوْ طَلْحَةَ فِى
اَقَارِبِهِ وَ بَنِى عَمِّهِ. متفق عليه
Dari Anas RA, ia berkata : Abu Thalhah adalah orang Anshar di Madinah
yang paling banyak mempunyai kebun kurma. Dan kekayaan yang paling
dicintainya adalah kebun Bairuha' yang terletak di depan masjid. Dan
Rasulullah SAW biasa masuk ke kebun tersebut dan meminum airnya yang
jernih. Setelah turun ayat [Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaktian (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai. - Ali Imran :92], lalu Abu Thalhah pergi menghadap
Rasulullah SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah yang Maha
Suci lagi Maha Tinggi berfirman [Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebaktian (yang sempurna) sehingga kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai]. Dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah
kebun Bairuha', maka kebun itu aku sedeqahkan karena Allah Ta'ala aku
mengharap sebagai kebaikan dan simpanan di sisi Allah Ta'ala, maka
salurkanlah ya Rasulullah, menurut apa yang Allah tunjukkan
kepadamu".Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Bagus, itu adalah harta yang
menguntungkan. Bagus itu adalah harta yang menguntungkan. Dan aku telah
mendengar apa yang kamu ikrarkan. Dan sesungguhnya menurut pandanganku,
sebaiknya kamu berikan kebun itu kepada karib kerabatmu". Kemudian Abu
Thalhah berkata, "Baiklah akan saya laksanakan ya Rasulullah".Lalu Abu
Thalhah membagi-baginya untuk sanak saudaranya dan anak-anak pamannya.
[HR. Muttafa 'alaih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ
لِيْ قَرَابَةً اَصِلُهُمْ وَ يَقْطَعُوْنِى، وَ اُحْسِنُ اِلَيْهِمْ وَ
يُسِيْئُوْنَ اِلَيَّ، وَ اَحْلُمُ عَنْهُمْ وَ يَجْهَلُوْنَ عَلَيَّ.
فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَاَنَّمَا تُسِفُّهُمُ اْلمَلَّ وَ
لاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى
ذلِكَ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata :Sesungguhnya ada seorang laki-laki
bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya mempunyai kerabat. Saya
menyambung mereka, tetapi mereka itu memutus hubungan kepadaku. Saya
berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat buruk kepadaku. Saya
berbuat santun terhadap mereka, tetapi mereka berbuat bodoh terhadapku".
Nabi SAW bersabda, "Jika benar sebagaimana yang kamu katakan itu, maka
seolah-olah kamu menyuapkan bara api ke mulut mereka, dan Allah akan
selalu menolongmu dalam menghadapi mereka selama kamu tetap teguh". [HR.
Muslim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. وَ مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. وَ
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا
اَوْ لِيَصْمُتْ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah
bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memulyakan tamunya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah menyambung kerabatnya, dan barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir maka hendaklah berkata yang baik atau diam. [HR. Bukhari
dan Muslim]
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَحَبَّ اَنْ يُبْسَطَ
لَهُ فِى رِزْقِهِ وَ يُنَسَّأَ لَهُ فِى اَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
البخارى و مسلم
Dari Anas RA, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda,
"Barangsiapa yang senang dilapangkan rezqinya dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah menyambung hubungan kerabatnya". [HR. Bukhari dan Muslim]
عَنْ اَنَسٍ رض عَنِ النَّبِيِّ ص سَمِعَهُ يَقُوْلُ: اِنَّ الصَّدَقَةَ وَ
صِلَةَ الرَّحِمِ يَزِيْدُ اللهُ بِهِمَا فِى اْلعُمْرِ، وَ يَدْفَعُ
بِهِمَا مِيْتَةَ السَّوْءِ، وَ يَدْفَعُ بِهِمَا اْلمَكْرُوْهَ وَ
اْلمَحْذُوْرَ. ابو يعلى
Dari Anas RA dari Nabi SAW, Anas mendengar Nabi SAW bersabda,
"Sesungguhnya dengan shadaqah dan shilaturrahim itu Allah menambah umur
seseorang, menjauhkan dari su'ul khathimah (akhir hayat yang buruk) dan
dengan sebab keduanya Allah menjauhkan dari hal-hal yang tidak disukai
dan dari bahaya". [HR. Abu Ya'la]
عَنْ رَجُلٍ مِنْ خَثْعَمٍ قَالَ: اَتَيْتُ النَّبِيَّ ص وَ هُوَ فِى
نَفَرٍ مِنْ اَصْحَابِهِ فَقُلْتُ: اَنْتَ الَّذِيْ تَزْعُمُ اَنَّكَ
رَسُوْلُ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ، قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اَيُّ
اْلاَعْمَالِ اَحَبُّ اِلَى اللهِ؟ قَالَ: َاْلاِيْمَانُ بِاللهِ. قَالَ،
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ صِلَةُ الرَّحِمِ.
قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ للهِ ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ اْلاَمْرُ
بِاْلمَعْرُوْفِ وَ النَّهْيُ عَنِ اْلمُنْكَرِ. قَالَ، قُلْتُ: يَا
رَسُوْلَ اللهِ اَيُّ اْلاَعْمَالِ اَبْغَضُ اِلَى اللهِ؟ قَالَ:
َاْلاِشْرَاكُ بِاللهِ. قَالَ، قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ثُمَّ مَهْ؟
قَالَ: ثُمَّ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ. قَالَ، قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ
ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ اْلاَمْرُ بِاْلمُنْكَرِ وَ النَّهْيُ عَنِ
اْلمَعْرُوْفِ. ابو يعلى
Dari seseorang dari suku Khats'am, ia berkata :Saya pernah datang kepada
Nabi SAW, dan beliau pada waktu itu sedang berada di tengah-tengah
rombongan shahabatnya, lalu saya bertanya, "Apakah engkau yang mengaku
bahwasanya engkau adalah Rasulullah ?". Beliau SAW menjawab, "Ya". Orang
itu berkata : Lalu saya bertanya, "Ya Rasulullah, amal apakah yang
paling dicintai Allah ?". Beliau SAW menjawab, "Iman kepada Allah".
Orang ituberkata : Lalu saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, kemudian apa
lagi ?". Beliau SAW menjawab, "Kemudian shilatur rahim". Orang itu
berkata :Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, kemudian apa lagi ?".
Beliau SAW menjawab, "Kemudian amar ma'ruf nahi munkar". Orang itu
berkata :Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, amal apakah yang paling
dibenci Allah ?". Beliau SAW menjawab, "Musyrik kepada Allah". Orang
ituberkata : Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, kemudian apa ?". Jawab
beliau SAW, "Kemudian memutuskan shilatur rahim". Orang itu berkata
:Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, kemudian apa lagi ?". Beliau SAW
menjawab, "Menyuruh berbuat munkar dan melarang dari berbuat ma'ruf".
[HR. Abu Ya'la]
Hal yang sama diriwayatkan dari Ikrimah, Mujahid, Maimun ibnu Mihran,
Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Muqatil ibnu Hayyan. dan Qatadah.
Abu Ishaq meriwayatkan dari Nauf Al-Bakkali sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan (berbuat baiklah kepada) tetangga yang dekat. (An-Nisa:
36) Yakni tetangga yang muslim. dan (berbuat baiklah kepada) tetangga
yang jauh. (An-Nisa: 36) Yakni yang beragama Yahudi dan Nasrani.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim.
Jabir Al-Ju'fi meriwayatkan dari Asy-Sya'bi, dari Ali dan Ibnu Mas'ud
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (berbuat baiklah kepada)
tetangga yang dekat. (An-Nisa: 36) Yakni istri.
Mujahid mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (berbuat
baiklah kepada) tetangga yang jauh. (An-Nisa: 36) Yaitu teman
seperjalanan.
Banyak hadis yang menganjurkan berbuat baik kepada tetangga, berikut ini
kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah, hanya kepada Allah kami
memohon pertolongan.
Hadis pertama.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدٍ: أَنَّهُ
سَمِعَ أَبَاهُ مُحَمَّدًا يُحَدِّثُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا
زَالَ جِبرِيل يُوصِينِي بالْجَارِ حَتِّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِثُه".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Umar ibnu Muhammad
ibnu Zaid, bahwa ia pernah mendengar Muhammad menceritakan hadis berikut
dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Jibril
masih terus berwasiat kepadaku mengenai tetangga, hingga aku menduga
bahwa Jibril akan memberinya hak mewaris.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab
sahihnya masing-masing dengan melalui Muhammad ibnu Zaid ibnu Abdullah
ibnu Umar dengan lafaz yang sama.
Hadis kedua.
قَالَ الإمامُ أحمدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ داودَ بنِ شَابُورٍ، عَنْ
مُجَاهِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا زالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي
بالْجَارِ حتى ظننْتُ أنَّه سَيُوَرِّثُهُ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Daud
ibnu Syabur, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jibril masih terus berwasiat kepadaku
mengenai tetangga sehingga aku menduga bahwa Jibril akan memberinya hak
mewaris.
Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah, dari Basyir Abu Ismail.
Imam Turmuzi menambahkan Daud ibnu Syabur, keduanya (yakni Abu Ismail
dan Daud ibnu Syabur) dari Mujahid dengan lafaz yang sama.
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila
ditinjau dari sanadnya. Hadis ini diriwayatkan pula dari Mujahid,
Aisyah, dan Abu Hurairah, dari Nabi Saw.
Hadis ketiga.
قَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيد،
أَخْبَرَنَا حَيْوةُ، أَخْبَرَنَا شَرْحَبِيلُ بنُ شُرَيكٍ أَنَّهُ سَمِعَ
أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرِو بنِ الْعَاصِ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أنه قَالَ: "خَيْرُ الأصْحَابِ عِندَ اللهِ خَيْرُهُم
لِصَاحِبِهِ، وخَيْرُ الجِيرانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ".
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu
Yazid, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada
kami Syurahbil ibnu Syarik, bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman
Al-Jaili menceritakan hadis berikut dari Abdullah ibnu Amr ibnul As,
dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Sebaik-baik teman di
sisi Allah ialah orang yang paling baik kepada temannya, dan sebaik-baik
tetangga di sisi Allah ialah orang yang paling baik kepada
tetangganya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Muhammad, dari Abdullah
ibnul Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih dengan lafaz yang sama. Ia
mengatakan bahwa hadis ini garib.
Hadis keempat.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ،
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ
عُمَر قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"لَا يَشْبَعُ الرَّجُلُ دُونَ جَارِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu
Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari ayahnya, dari Abayah
ibnu Rifa'ah, dari Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Seorang lelaki tidak boleh kenyang tanpa tetangganya.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secaramunfarid (menyendiri).
Hadis kelima.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ أَبَا ظَبْية الكَلاعِيّ، سَمِعْتُ
المقدادَ بْنَ الْأَسْوَدِ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: ["مَا تَقُولُونَ فِي الزِّنَا؟ "
قَالُوا: حَرَامٌ حَرَّمَهُ اللهُ ورسُولُه، فَهُوَ حَرَامٌ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ. فَقَالَ: رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ]
لأنْ يَزني الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَة، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَن يزنيَ
بامرَأَةِ جَارِهِ". قَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي السَّرِقَة؟ قَالُوا:
حَرَّمَهَا اللهُ وَرَسُولُهُ فَهِيَ حَرَامٌ. قَالَ "لَأَنْ يَسْرِقَ
الرَّجُلُ مِن عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ، أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يسرِقَ
مِنْ جَارِهِ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'd Al-Ansari yang mengatakan
bahwa ia mendengar dari Abu Zabyah Al-Kala'i yang telah mendengarnya
dari Al-Miqdad ibnul Aswad yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
bersabda kepada sahabat-sahabatnya:"Bagaimanakah menurut kalian
perbuatan zina itu?" Mereka menjawab, "Perbuatan haram yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, zina tetap diharamkan sampai hari
kiamat." Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya bila seseorang lelaki
berbuat zina dengan sepuluh orang wanita, hal ini lebih ringan baginya
daripada ia berbuat zina dengan istri tetangganya." Rasulullah Saw.
bertanya pula, "Bagaimanakah menurut kalian perbuatan mencuri itu?"
Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia
tetap haram sampai hari kiamat." Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya
bila seseorang lelaki mencuri dari sepuluh rumah, hal ini lebih ringan
baginya daripada ia mencuri dari rumah tetangganya."
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri).
Tetapi hadis ini mempunyai syahid yang memperkuatnya di dalam kitab
Sahihain melalui hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أيُّ الذَّنْب أَعْظَمُ؟ قَالَ: "أَنْ
تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وهُوَ خَلَقَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ:
"أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَن يُطْعَم مَعَكَ". قُلتُ: ثُمَّ أيُّ؟
قَالَ: "أَنْ تُزَاني حَليلةَ جَارِكَ"
Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Nabi
Saw. menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia
Yang menciptakan kamu." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Nabi Saw.
menjawab.”Bila kamu membunuh anakmu karena khawatir dia akan makan
bersamamu." Aku bertanya, "Kemudian apa lagi?" Nabi Saw. menjawab, "Bila
kamu berzina dengan istri tetanggamu."
Hadis keenam.
قَالَ الإمامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا هِشَامُ، عَنْ
حَفْصَةَ، عَنْ أبِي الْعَالية، عَنْ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ قَالَ:
خَرَجْتُ مِنْ أَهْلِي أريدُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فإذَا بِهِ قَائِمٌ وَرَجُلٌ مَعَهُ مُقْبِل عَليه، فَظَنَنْتُ
أَنَّ لَهُمَا حَاجة -قَالَ الأنْصَارِيُّ: لَقَدْ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حتى جَعَلْتُ أَرْثِي لِرَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ، فَلمَّا
انْصَرفَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَقَدْ قَامَ بِكَ هَذَا الرَّجُلُ
حَتَّى جَعَلْتُ أَرْثِي لَك مِنْ طُولِ الْقِيَامِ. قَالَ: "وَلَقَدْ
رَأَيتَه؟ " قُلتُ: نَعَمْ. قَالَ: "أَتَدْرِي مَن هُوَ؟ " قُلْتُ: لَا.
قَال: "ذَاكَ جِبْرِيِلُ، مَا زَالَ يُوصِينِي بِالجِارِ حَتَّى ظَنَنْتُ
أَنَّه سَيُورثُه. ثُمَّ قَالَ: أَمَا إِنَّك لَو سَلَّمْتَ عَلَيْهِ،
رَدَّ عَلَيْكَ السَّلَامَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Hisyam, dari Hafsah, dari Abul Aliyah, dari
seorang lelaki dari kalangan Ansar yang telah menceritakan hadis
berikut: Aku keluar dari rumah keluargaku menuju rumah Nabi Saw.
Tiba-tiba aku jumpai beliau sedang berdiri menghadapi seorang lelaki
yang ada bersamanya. Aku menduga bahwa keduanya sedang dalam suatu
keperluan. Lelaki Ansar melanjutkan kisahnya, bahwa Rasulullah Saw.
terus berdiri dalam waktu yang cukup lama sehingga aku merasa kasihan
kepadanya. Ketika lelaki itu pergi, aku bertanya, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya lelaki ini sangat lama berdiri denganmu, sehingga aku
merasa kasihan kepadamu karena lama berdiri melayaninya." Rasulullah
Saw. bersabda, "Apakah kamu melihatnya?" Aku menjawab, "Ya." Rasulullah
Saw. bertanya, "Tahukah kamu siapakah dia?"Aku menjawab, "Tidak." Nabi
Saw, bersabda: Dia adalah Jibril, dia terus-menerus mewasiatkan kepadaku
mengenai tetangga, hingga aku menduga bahwa dia akan memberinya hak
mewaris. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula: Ingatlah, sesungguhnya
kamu seandainya mengucapkan salam kepadanya, niscaya dia menjawab
salammu.
Hadis ketujuh.
Abdu ibnu Humaid mengatakan di dalam kitab musnadnya.
حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عُبَيْد، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ -يَعْنِي
الْمدَنيّ-عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ مِنَ
الْعَوَالِي وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وجِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يُصَلِّيانِ حَيْثُ يُصَلَّى عَلَى
الْجَنائِز، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ الرَّجُلُ: يَا رسولَ اللَّهِ، مَنْ
هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي رَأَيْتُ مَعَكَ؟ قَالَ: "وَقَدْ رأيْتَه؟ "
قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "لَقَدْ رأَيْتَ خَيْرًا كَثِيرًا، هَذَا جِبْرِيلُ
مَا زَالَ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى رُئِيت أَنَّه سَيُورثُه".
telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Ubaid, telah menceritakan
kepada kami Abu Bakar (yakni Al-Madani), dari Jabir ibnu Abdullah yang
menceritakan bahwa seorang lelaki dari pegunungan datang ketika
Rasulullah Saw. dan Malaikat Jibril sedang salat, yaitu pada saat Nabi
Saw. sedang menyalatkan jenazah. Ketika Nabi Saw. menyelesaikan
salatnya, lelaki tersebut bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah lelaki
yang kulihat ikut salat bersamamu itu?" Rasulullah Saw. balik bertanya,
"Apakah kamu melihatnya?" ia menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda:
Sesungguhnya engkau telah melihat kebaikan yang banyak. Orang ini adalah
Jibril. Dia terus-menerus berwasiat kepadaku mengenai tetangga, hingga
aku berpendapat bahwa dia akan memberinya hak mewaris.
Ditinjau dari segi ini hadis diriwayatkan oleh Abdu ibnu Humaid secara munfarid, tetapi hadis ini mengukuhkan hadis sebelumnya.
Hadis kedelapan.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ
مُحَمَّدٍ أَبُو الرَّبِيعِ الْحَارِثِيّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْمَاعِيلَ بْن أَبِي فُدَيْك، أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحمن بنُ الْفَضل
عَنْ عَطَاء الخَراساني، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ: قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الجِيرانُ
ثَلاثَةٌ: جَارٌ لهُ حَقٌ وَاحِدٌ، وَهُوَ أَدْنَى الجيرانِ حَقًّا،
وَجَارٌ لَهُ حقَّان، وجَارٌ لَهُ ثلاثةُ حُقُوقٍ، وَهُوَ أفضلُ الجيرانِ
حَقًّا، فَأَمَّا الَّذِي لَهُ حَقٌّ وَاحِدٌ فَجَارٌ مُشْرِكٌ لَا رَحمَ
لَهُ، لَهُ حَقُّ الجَوار. وأمَّا الَّذِي لَهُ حقانِ فَجَارٌ مُسْلِمٌ،
لَهُ حَقُّ الْإِسْلَامِ وَحَقُّ الْجِوارِ، وأَمَّا الَّذِي لَهُ ثَلاثةُ
حُقُوقٍ، فَجَارٌ مُسْلِمٌ ذُو رَحِمٍ لَهُ حَقُّ الْجِوَارِ وَحَقُّ
الْإِسْلَامِ وحَقُّ الرحِمِ".
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Ubaidillah ibnu Muhammad alias Abur Rabi' Al-Muharibi, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Abu Fudail, telah
menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnul Fadl, dari Ata Al-Khurrasani,
dari Al-Hasan, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tetangga itu ada tiga macam, yaitu
tetangga yang mempunyai satu hak; dia adalah tetangga yang memiliki hak
paling rendah. Lalu tetangga yang mempunyai dua hak, dan tetangga yang
mempunyai tiga hak, dia adalah tetangga yang memiliki hak paling utama.
Adapun tetangga yang mempunyai satu hak, maka dia adalah tetangga
musyrik yang tidak mempunyai hubungan kerabat baginya; dia mempunyai hak
tetangga. Adapun tetangga yang mempunyai dua hak, maka dia adalah
tetangga muslim; dia mempunyai hak Islam dan hak tetangga. Adapun
tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga muslim yang masih
mempunyai hubungan kerabat; dia mempunyai hak tetangga, hak Islam, dan
hak kerabat.
Al-Bazzar mengatakan, "Kami tidak mengetahui ada seseorang yang
meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnul Fadl kecuali hanya Ibnu Abu
Fudail."
Hadis kesembilan.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حدثنا
شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي عِمْرَانَ، عنْ طَلْحَةَ بنِ عَبْد اللهِ، عَنْ
عَائِشَةَ؛ أَنَّهَا سَأَلَتْ رسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: "إنَّ لِي جَارَيْنِ، فَإِلَى أيِّهِمَا أُهْدِي؟
قَالَ: "إِلَى أقْرَبِهِمَا مِنْك بَابًا"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Imran, dari
Talhah ibnu Abdullah, dari Aisyah, bahwa ia pernah bertanya kepada
Rasulullah Saw. Untuk itu ia mengatakan: "Sesungguhnya aku mempunyai dua
orang tetangga. maka kepada siapakah aku akan mengirimkan hadiah
(kiriman) ini?" Nabi Saw. bersabda, "Kepada tetangga yang pintunya lebih
dekat kepadamu."
Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad yang sama.
Hadis kesepuluh.
Imam Tabrani dan Abu Na'im meriwayatkan dari Abdur Rahman yang di dalam
riwayatnya ditambahkan bahwa Rasulullah Saw. melakukan wudu, lalu
orang-orang berebutan mengusapkan bekas air wudunya. Maka Rasulullah
Saw. bersabda, "Apakah gerangan yang mendorong kalian berbuat demikian?"
Mereka menjawab, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Rasulullah Saw.
bersabda:
«من سره أن يحب الله ورسوله فليصدق الحديث إذا حدث، وليؤد الأمانة إذا ائتمن»
Barang siapa yang menginginkan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya,
hendaklah ia berkata benar apabila berbicara, dan hendaklah ia
menunaikan amanat bila dipercaya, (dan hendaklah ia berbuat baik dengan
tetangga).
Hadis kesebelas.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah yang telah mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
«إن أَوَّلُ خَصْمَيْنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ جَارَانِ »
Sesungguhnya mula-mula dua seteru yang diajukan di hari kiamat nanti adalah dua orang yang bertetangga.
Firman Allah Swt.
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ
dan (berbuat baiklah kepada) teman-teman sejawat. (An-Nisa: 36)
As-Sauri meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Asy-Sya'bi, dari Ali dan Ibnu Mas'ud, yang dimaksud ialah istri.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Abu
Laila, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hasan, dan Sa'id ibnu Jubair dalam salah
satu riwayatnya yang menyatakan hal selain itu.
Ibnu Abbas dan sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud adalah tamu.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud
adalah teman seperjalanan.
Adapun Ibnu Sabil, menurut Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, yang dimaksud
adalah tamu. Menurut Mujahid, Abu Ja'far, Al-Baqir, Al-Hasan, Ad-Dahhak,
dan Muqatil, yang dimaksud dengan Ibnu Sabil ialah orang yang sedang
dalam perjalanan yang mampir kepadamu. Pendapat ini lebih jelas,
sekalipun pendapat yang mengatakan "tamu" bermaksud orang yang dalam
perjalanan, lalu bertamu, pada garis besarnya kedua pendapat bermaksud
sama.
Firman Allah Swt.:
وَما مَلَكَتْ أَيْمانُكُمْ
dan (berbuat baiklah kepada) hamba sahaya yang kalian miliki. (An-Nisa: 36)
Ayat ini memerintahkan untuk berbuat baik kepada para hamba sahaya,
karena hamba sahaya adalah orang yang lemah upayanya, dan dikuasai oleh
orang lain. Karena itu, terbukti bahwa Rasulullah Saw. mewasiatkan
kepada umatnya dalam sakit yang membawa kewafatannya melalui sabdanya
yang mengatakan:
«الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ»
Salat, salat, dan budak-budak yang kalian miliki!
Maka beliau Saw. mengulang-ulang sabdanya hingga lisan beliau kelihatan terus berkomat-kamit mengatakannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي
الْعَبَّاسِ، حَدَّثَنَا بَقِيّة، حَدَّثَنَا بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ
خَالِدِ بْنِ مَعْدَان، عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ يكَرِب قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا أَطْعَمْتَ
نَفْسَك فَهُوَ لَكَ صدقةٌ، وَمَا أطعمتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ،
وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ، ومَا أطعَمْتَ
خَادِمَكَ فَهُوَ لَك صَدَقَهٌ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abul
Abbas, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, telah menceritakan
kepada kami Bujair ibnu Sa'd. dari Khalid ibnu Ma'dan, dari Al-Miqdam
ibnu Ma'di Kariba yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda: Tidak sekali-kali kamu beri makan dirimu melainkan hal itu
sedekah bagimu, tidak sekali-kali kamu beri makan anakmu melainkan hal
itu sedekah bagimu, tidak sekali-kali kamu beri makan istrimu melainkan
hal itu sedekah bagimu, dan tidak sekali-kali kamu beri makan pelayanmu
melainkan hal itu sedekah bagimu.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah, sanad hadis berpredikat sahih.
Dari Abdullah ibnu Amr, disebutkan bahwa ia pernah bertanya kepada
Qahriman (pegawai)nya, "Apakah engkau telah memberikan makanan pokok
kepada budak-budak?" Ia menjawab, "Belum."
Abdullah ibnu Amr berkata, "Berangkatlah sekarang dan berikanlah makanan
pokok itu kepada mereka, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. telah
bersabda:
«كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يَحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُمْ»
'Cukuplah dosa seseorang, bila ia menahan makanan pokok terhadap hamba sahayanya.’
Hadis riwayat Imam Muslim.
Disebutkan dari sahabat Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ، وَلَا يُكَلَّفُ مِنَ الْعَمَلِ إِلَّا مَا يُطِيقُ»
Hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaiannya, dan tidak boleh
dibebani dengan pekerjaan melainkan sebatas kemampuannya.
Hadis riwayat Imam Muslim pula.
Dari Abu Hurairah r.a. pula, dari Nabi Saw. Disebutkan bahwa. Nabi Saw. pernah bersabda:
«إِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ خَادِمُهُ بِطَعَامِهِ فَإِنْ لَمْ يُجْلِسْهُ
مَعَهُ فَلْيُنَاوِلْهُ لُقْمَةً أَوْ لُقْمَتَيْنِ، أَوْ أَكْلَةً أَوْ
أَكْلَتَيْنِ، فَإِنَّهُ وَلِيَ حَرَّهُ وَعِلَاجَهُ»
Apabila pelayan seseorang di antara kalian datang menyuguhkan makanan,
lalu ia tidak mau mempersilakan pelayan untuk makan bersamanya, maka
hendaklah ia memberikan kepadanya sesuap atau dua suap makanan, sepiring
atau dua piring makanan, karena sesungguhnya pelayanlah yang memasak
dan yang menghidangkannya.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Lafaz hadis ini
berdasarkan apa yang ada pada Sahih Bukhari, sedangkan menurut lafaz
Imam Muslim adalah seperti berikut:
«فَلْيُقْعِدْهُ مَعَهُ فَلْيَأْكُلْ، فَإِنْ كَانَ الطَّعَامُ مَشْفُوهًا
قَلِيلًا، فَلْيَضَعْ فِي يَدِهِ أَكْلَةً أَوْ أَكْلَتَيْنِ»
Hendaklah ia mempersilakan pelayannya untuk makan bersamanya; dan jika
makanan tersebut untuk orang banyak lagi sedikit, maka hendaklah ia
memberinya makanan di tangannya barang sesuap atau dua suap makanan.
Dari Abu Zar r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
«هُمْ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ،
فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ،
وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ،
فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْفَأَعِينُوهُمْ »
Mereka (para pelayan) adalah saudara-saudara kalian lagi budak-budak
kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah kekuasaan kalian. Maka
barang siapa yang saudaranya berada di bawah kekuasaannya, hendaklah ia
memberinya makan dari apa yang ia makan, dan hendaklah ia memberinya
pakaian dari apa yang ia pakai, dan janganlah kalian membebani mereka
pekerjaan yang tidak mampu mereka lakukan; dan jika kalian terpaksa
membebani mereka (dengan pekerjaan berat), maka bantulah mereka.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Firman Allah Swt.:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كانَ مُخْتالًا فَخُوراً
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36)
Yakni congkak, takabur, dan sombong terhadap orang lain; dia melihat
bahwa dirinya lebih baik daripada mereka. Dia merasa dirinya besar,
tetapi di sisi Allah hina dan di kalangan manusia dibenci.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong. (An-Nisa: 36) yang dimaksud
dengan mukhtal ialah takabur dan sombong. Sedangkan yang dimaksud dengan
firman-Nya: lagi membangga-banggakan diri. (An-Nisa: 36) tidak pernah
bersyukur kepada Allah Swt. setelah diberi nikmat oleh-Nya, bahkan dia
berbangga diri terhadap orang-orang dengan karunia nikmat yang telah
diberikan oleh Allah Swt. kepadanya, dan dia orang yang sedikit
bersyukur kepada Allah atas hal tersebut.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Qasim, telah
menceritakan kepada kami Al-Husain, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Kasir, dari Abdullah ibnu Waqid, dari Abu Raja Al-Harawi
yang mengatakan bahwa ia tidak pernah menjumpai orang yang jahat
perangainya kecuali ada pada diri orang yang sombong lagi
membangga-banggakan dirinya, lalu ia membacakan firman-Nya: dan (berbuat
baiklah kepada) hamba sahaya yang kalian miliki. (An-Nisa: 36), hingga
akhir ayat. Tidak pernah ia jumpai orang yang menyakiti kedua orang
tuanya kecuali ada pada diri orang sombong lagi durhaka, lalu ia
membacakan firman-Nya: dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Maryam: 32)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Al-Awwam ibnu Hausyab hal yang semisal
sehubungan dengan makna mukhtal (sombong) dan fakhur(membangga-banggakan
diri). Untuk itu ia mengatakan:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا الْأُسُودُ بْنُ
شَيْبَان، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّير قَالَ:
قَالَ مُطَرِّف: كَانَ يَبْلُغُنِي عَنْ أَبِي ذَرٍّ حَدِيثٌ كُنْتُ
أَشْتَهِي لِقَاءَهُ، فَلَقِيتُهُ فَقُلْتُ: يَا أَبَا ذَرٍّ، بَلَغَنِي
أَنَّكَ تَزْعُمُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَدَّثَكُمْ: "إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ ثَلَاثَةً ويُبْغض ثَلَاثَةً"؟
قَالَ: أَجَلْ، فَلَا إِخَالُنِي أَكْذِبُ عَلَى خَلِيلِي، ثَلَاثًا.
قُلْتُ: مَنِ الثَّلَاثَةُ الَّذِينَ يُبْغِضُ اللَّهُ؟ قَالَ:
الْمُخْتَالُ الْفَخُورُ، أَوَلَيْسَ تَجِدُونَهُ عِنْدَكُمْ فِي كِتَابِ
اللَّهِ الْمُنَزَّلِ؟ ثُمَّ قَرَأَ الْآيَةَ: {إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
مَنْ كَانَ مُخْتَالا فَخُورًا}
telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Abu Na'im, dari Al-Aswad ibnu Syaiban, telah menceritakan kepada kami
Yazid ibnu Abdullah ibnusy Syiklikhir yang mengatakan bahwa Mutarrif
pernah menceritakan bahwa telah sampai kepadanya sebuah hadis dari Abu
Zar yang membuatnya ingin sekali bersua dengan Abu Zar. Lalu ia
menjumpai Abu Zar. Aku (Mutarrif) bertanya, "Hai Abu Zar, telah sampai
kepadaku bahwa dirimu pernah menduga bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda, 'Sesungguhnya Allah menyukai tiga orang dan membenci tiga
orang'." Abu Zar menjawab, "Memang benar, kamu tentu percaya bahwa aku
tidak akan berdusta kepada kekasihku (Nabi Saw.)," sebanyak tiga kali.
Aku bertanya, "Lalu siapakah tiga macam orang yang dibenci oleh Allah
itu?" Abu Zar menjawab, "Orang yang sombong lagi membangga-banggakan
diri. Bukankah kamu pun telah menjumpainya di dalam Kitabullah yang ada
pada kalian?" Kemudian Abu Zar r.a. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri. (An-Nisa: 36)
وَحَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا
وُهَيْبُ عَنْ خَالِدٍ، عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَلْهُجَيم
قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوْصِنِي. قَالَ: "إِيَّاكَ وإسبالَ
الْإِزَارِ، فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنَ المَخِيلة، وَإِنَّ اللَّهَ
لَا يُحِبُّ المَخِيلة"
Dan telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada
kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, dari
Khalid, dari Abu Tamimah, dari seorang lelaki dari kalangan Banil Hujaim
yang menceritakan: Aku pernah berkata, "Wahai Rasulullah, berwasiatlah
untukku." Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Jangan sekali-kali kamu
memanjangkan kainmu, karena sesungguhnya memanjangkan kain merupakan
sikap orang yang sombong, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai (orang
yang bersikap) sombong."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar