Hari Jumat adalah hari yang memiliki arti yang sangat istimewa bagi
ummat Islam karena merupakan hari raya bagi mereka. Sangat banyak
hadits-hadits yang menjelaskan keutamaan dan kekhususan hari Jumat
dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah
rahimahulloh dalam kitabnya Zaadul Ma’ad memuat hadits-hadits tersebut
hingga beliau berkesimpulan paling tidak ada 33 kekhususan hari Jumat
dari hari-hari yang lain.
Al Hafizh Suyuthi menulis kitab yang beliau beri judul Al Lum’ah fi
Khashoish Al Jumu’ah. Beliau di kitab ini menyebutkan hadits-hadits yang
sangat banyak -termasuk diantaranya hadits-hadits lemah- yang
menerangkan keutamaan dan kekhususan Jumat; dimana beliau berkesimpulan
ada 101 kekhususan Jumat dari hari selainnya.
Di hari Jumat, Allah mengutus beberapa malaikat untuk berjaga di pintu
masjid, mencatat setiap orang yang datang jumatan sebelum khatib naik
mimbar.
1. Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu; Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا كان يوم الجمعة قعدت الملائكة على أبواب المسجد فيكتبون الناس من جاء
من الناس على منازلهم فرجل قدم جزورا ورجل قدم بقرة ورجل قدم شاة ورجل قدم
دجاجة ورجل قدم عصفورا ورجل قدم بيضة قال فإذا أذن المؤذن وجلس الإمام على
المنبر طويت الصحف ودخلوا المسجد يستمعون الذكر
“Apabila hari Jumat datang, para malaikat duduk di depan pintu
masjid-masjid. Mereka mencatat setiap orang yang datang sesuai dengan
waktu kedatangan mereka. Ada orang yang seperti berkurban unta, ada yang
seperti berkurban sapi, ada yang seperti berkurban kambing, ada yang
seperti berkurban ayam, ada yang seperti berkurban burung, dan ada yang
seperti berkurban telur. Ketika muazin melakukan azan dan imam sudah
duduk di mimbar maka buku catatan ditutup dan mereka masuk masjid,
mendengarkan khotbah.” (H.r. Ahmad; sanadnya dinilai hasan oleh Syu’aib
Al-Arnauth)
2. Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu; beliau mengatakan,
إذا كان يوم الجمعة قامت الملائكة بأبواب المسجد فيكتبون الناس على منازلهم
الاول فإن تأخر رجل منهم عن منزله دعت له الملائكة يقولون اللهم إن كان
مريضا فاشفه اللهم إن كانت له حاجة فاقض له حاجته فلا يزالون كذلك حتى إذا
خرج الامام طويت الصحف ثم ختمت فمن جاء بعد نزول الامام فقد أدرك الصلاة
ولم يدرك الجمعة
“Apabila hari Jumat datang, malaikat berjaga di pintu-pintu masjid.
Mereka mencatat setiap orang yang datang sesuai tingkat kedatangannya.
Apabila ada orang yang telat datang maka malaikat ini berdoa untuknya.
Mereka memanjatkan doa, ‘Ya Allah, jika dia sakit maka sembuhkanlah dia,
dan jika dia punya kepentingan maka selesaikanlah kebutuhannya.’ Mereka
terus melakukan hal itu, sampai imam datang. Ketika imam datang, buku
catatan ditutup kemudian distempel. Barang siapa yang datang setelah
imam turun maka dia hanya mendapatkan shalat dan tidak mendapatkan
jumatan.”
Keterangan:
Sanad hadis ini hasan. Hanya saja, statusnya mauquf sampai Abu Umamah.
Artinya, ini adalah perkataan Abu Umamah radhiallahu ‘anhu.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ
الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (9) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ
فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا
اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (10)
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung. (QS Al-Jumu'ah: 9-10)
Sesungguhnya hari Jumat dinamakan Jumu'ah karena berakar dari kata
al-jam'u, mengingat kaum muslim melakukan perkumpulan untuk setiap tujuh
harinya sebanyak sekali di dalam masjid-masjid yang besar. Dan pada
hari Jumat semua makhluk telah sempurna diciptakan, dan sesungguhnya
hari Jumat itu merupakan hari keenam dari tahun yang Allah menciptakan
padanya langit dan bumi. Pada hari Jumat pula Allah menciptakan Adam,
pada hari Jumat Adam dimasukkan ke dalam surga, pada hari Jumat Adam
dikeluarkan dari surga, dan pada hari Jumat pula hari kiamat terjadi. Di
dalam hari Jumat terdapat suatu saat yang tiada seorang hamba pun yang
beriman dapat menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan memohon kebaikan
kepada Allah di dalamnya, melainkan Allah akan mengabulkan apa yang
dimintanya. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak hadis sahih yang
menceritakannya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ،
حَدَّثَنَا عَبِيدة بْنُ حُمَيد، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي مَعْشَرٍ،
عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ قَرْثَع الضَّبِّيِّ، حَدَّثَنَا
سَلْمَانُ قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "يَا سَلْمَانُ، مَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ؟ ". قُلْتُ: اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: "يَوْمٌ جُمع فِيهِ أَبَوَاكَ -أَوْ أَبُوكُمْ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Arafah, telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Humaid, dari Mansur,
dari Abu Ma'syar, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Qursa' Ad-Dabbi,
telah menceritakan kepada kami Salman, bahwa Abul Qasim Saw. pernah
bersabda, "Hai Salman, apakah hari Jumat itu?" Salman menjawab, "Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hari
Jumat itu adalah hari yang padanya Allah menghimpunkan kedua orang
tuamu, atau orang tuamu.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Hurairah hal yang semisal dengan hadis di atas, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Menurut bahasa orang-orang kuno, hari Jumat disebut pula dengan nama
hari 'Arubah. Dan telah terbuktikan bahwa umat-umat sebelum kita telah
diperintahkan untuk menghormati hari Jumat, maka mereka memuliakannya.
Tetapi orang-orang Yahudi memilih hari Sabtu yang tidak bertepatan
dengan hari penciptaan Adam, sedangkan orang-orang Nasrani memilih hari
Ahad yang padanya dimulai penciptaan makhluk. Dan Allah Swt. memilih
bagi umat ini hari Jumat yang padanya Allah telah menyempurnakan
penciptaan makhluk-(Nya). Hal ini telah dinyatakan oleh sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Abdur
Razzaq, dari Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabih yang mengatakan bahwa
berikut ini merupakan hadis yang diriwayatkan kepada kami oleh Abu
Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"نَحْنُ الْآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، بِيْدَ أَنَّهُمْ
أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا. ثُمَّ هَذَا يَومُهم الَّذِي فَرض
اللَّهُ عَلَيْهِمْ، فَاخْتَلَفُوا فِيهِ، فَهَدَانَا اللَّهُ لَهُ،
فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، الْيَهُودُ غَدًا، وَالنَّصَارَى بَعْدَ
غَدٍ"
Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi yang paling terdahulu
kelak di hari kiamat, hanya saja mereka diberi kitab sebelum kita.
Kemudian sesungguhnya hari (Jumat) ini adalah hari mereka yang telah
difardukan oleh Allah atas mereka, tetapi mereka berselisih pendapat
mengenainya. Dan Allah menunjuki kita padanya, maka orang-orang lain
mengikut kita padanya; orang-orang Yahudi besok dan orang-orang Nasrani
sesudah besok.
Ini menurut lafaz hadis yang ada pada Imam Bukhari. Sedangkan menurut lafaz yang ada pada Imam Muslim adalah sebagai berikut:
"أَضَلَّ اللَّهُ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا فَكَانَ لِلْيَهُودِ يَوْمُ
السَّبْتَ، وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ الْأَحَدِ. فَجَاءَ اللَّهُ بِنَا
فَهَدَانَا اللَّهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ
وَالسَّبْتَ وَالْأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، نَحْنُ الْآخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَالْأَوَّلُونَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمَقْضِيُّ بَيْنَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ".
Allah membutakan orang-orang sebelum kita dari hari Jumat, maka bagi
orang-orang Yahudi hari Sabtu, dan bagi orang-orang Nasrani hari Ahad.
Lalu Allah mendatangkan kita dan menunjuki kita kepada hari Jumat, dan
Allah menjadikan hari Jumat, hari Sabtu, dan hari Ahad
(berurutan).Demikian pula kelak di hari kiamat, mereka mengikut kepada
kita. Kita adalah orang-orang yang terakhir dari kalangan penduduk
dunia, tetapi yang paling pertama mendapat peradilan-Nya di antara
sesamanya kelak di hari kiamat sebelum semua makhluk.
Allah Swt. telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk berkumpul
guna mengerjakan ibadah kepada-Nya di hari Jumat. Maka Allah Swt.
berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ}
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (Al-Jumu'ah:
9)
Yakni tuluskanlah niat kalian, bulatkanlah tekad kalian, serta
pentingkanlah oleh kalian untuk pergi guna menunaikan ibadah kepada-Nya.
Pengertian yang dimaksud dengan sa'yu dalam ayat ini bukanlah menurut
pengertian bahasanya (yaitu berjalan), melainkan makna yang dimaksud
ialah mementingkan dan merealisasikannya. Seperti makna yang terdapat di
dalam firman Allah Swt.:
{وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ}
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah
itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah ' mukmin. (Al-Isra: 19)
Tersebutlah bahwa sahabat Umar ibnul Khattab dan Ibnu Mas'ud r.a.
membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Famdu ila zikrillah, yang
artinya 'maka bergegas-gegaslah kamu untuk mengingat Allah.'
Adapun jalan cepat menuju tempat salat, maka sesungguhnya hal itu
dilarang, sebab ada sebuah hadis di dalam kitab Sahihain yang
diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Abu Hurairah,
dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ، وَعَلَيْكُمُ
السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ، وَلَا تُسرِعوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فصَلُّوا،
وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"
Apabila kamu mendengar iqamah, maka berjalanlah kamu menuju ke tempat
salat, dan langkahkanlah kakimu dengan tenang dan anggun, dan janganlah
kamu melangkahkannya dengan cepat-cepat. Maka apa saja bagian salat yang
kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu, maka
sempurnakanlah.
Menurut lafaz Imam Bukhari, dari Abu Qatadah, disebutkan bahwa ketika
kami sedang salat bersama Nabi Saw., tiba-tiba beliau mendengar suara
gemuruh langkah kaum lelaki. Maka setelah salat selesai, beliau Saw.
bertanya, "Mengapa kalian?" Mereka menjawab, "Kami datang tergesa-gesa
ke tempat salat." Nabi Saw. bersabda:
"فَلَا تَفْعَلُوا، إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَامْشُوا وَعَلَيْكُمْ
بِالسَّكِينَةِ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"
Jangan kamu ulangi perbuatan itu. Apabila kamu mendatangi tempat salat,
maka berjalanlah dan langkahkanlah kakimu dengan tenang. Apa saja bagian
salat yang kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu,
sempurnakanlah.
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Bukhari dan Muslim.
قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ
سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: "إذا أُقِيمَتِ
الصَّلَاةُ فَلَا تَأْتُوهَا تَسْعَوْنَ، وَلَكِنِ ائْتُوهَا تَمْشُونَ،
وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا،
وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا".
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari
Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila iqamah untuk
salat diserukan, maka janganlah kamu mendatanginya dengan jalan cepat,
tetapi datangilah ia dengan jalan biasa dan langkahkanlah kakimu dengan
tenang dan anggun. Maka bagian mana pun yang kamujumpai, kerjakanlah;
dan bagian mana pun yang terlewatkan darimu, maka sempurnakanlah.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abdur Razzaq pula, dan ia
juga mengetengahkannya melalui jalur Yazid ibnu Zurai', dari Ma'mar,
dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah dengan sanad yang
semisal.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan, "Ingatlah, demi Allah, makna yang
dimaksud bukanlah melangkahkan kaki dengan cepat. Sesungguhnya mereka
telah dilarang mendatangi tempat salat kecuali dengan langkah-langkah
yang tenang dan anggun." Ungkapan sa 'yu ini kaitannya adalah dengan
hati, niat, dan kekhusyukan.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka
bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9) Yakni berjalan
dengan hati dan amalmu, itulah yang dimaksud dengan pengertian berjalan
menuju ke tempat salat.
Tersebutlah pula bahwa Qatadah menakwilkan dengan pengertian yang sama dengan firman Allah Swt. berikut, yaitu:
{فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ}
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) untuk berusaha bersama-sama Ibrahim.(Ash-Shaffat: 102)
Maksudnya, dapat berjalan bersama-sama Ibrahim. Telah diriwayatkan pula
hal yang semisal, dari Muhammad ibnu Ka'b, Zaid ibnu Aslam, dan
lain-lainnya.
Disunatkan bagi orang yang mendatangi salat Jumat hendaknya terlebih
dahulu mandi sebelumnya, karena telah disebutkan di dalam kitab Sahihain
sebuah hadis dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah Saw. telah
bersabda:
"إِذَا جَاءَ أحدُكم الجمعةَ فَلْيغتسل"
Apabila seseorang dari kamu mendatangi salat Jumat, hendaklah ia mandi terlebih dahulu.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan pula melalui Abu Sa'id r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
غُسلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحتَلِم"
Mandi hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang bermimpi mengeluarkan air mani (balig).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"حَقٌّ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَغْتَسِلَ فِي كُلِّ سَ
بْعَةِ أَيَّامٍ، يَغْسِلُ رَأْسَهُ وَجَسَدَهُ".
Hal yang diwajibkan Allah atas tiap-tiap orang muslim ialah mandi setiap
tujuh harinya dengan membasuh kepala dan seluruh tubuhnya.
Hadis riwayat Imam Muslim.
Diriwayatkan pula dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"على كُلِّ رَجُلٍ مُسْلِمٍ فِي كُلِّ سَبْعَةِ أَيَّامٍ غُسْلُ يَوْمٍ، وَهُوَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ"
Diwajibkan atas setiap lelaki muslim mandi sekali setiap tujuh harinya, yaitu pada hari Jumat.
Hadis riwayat Imam Ahmad, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Hibban.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا
ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ، عَنْ حَسَّانِ بْنِ عَطِيَّةَ،
عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ
الثَّقَفِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ غَسَّل وَاغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ،
وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ، وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ
وَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خطوة أجر سنة، صِيَامِهَا
وَقِيَامِهَا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam,
telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Al-Auza'i, dari
Hassan ibnu Atiyyah, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Aus ibnu Aus
As-Saqafi yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda: Barang siapa yang mencuci dan mandi pada hari Jumat dan
berpagi hari, dan berangkat dengan segera serta jalan kaki tidak
berkendaraan, dan mendekati imam, dan mendengarkan serta tidak melakukan
hal yang laga (melenyapkan pahala Jumat), maka baginya untuk tiap
langkahnya pahala satu tahun puasa dan qiyam (salat)nya.
Hadis ini mempunyai banyak jalur periwayatan dan banyak lafaznya, dan
telah diketengahkan oleh Arba'ah serta dinilai hasan oleh Imam Turmuzi.
Telah diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسلَ الْجَنَابَةِ، ثُمَّ رَاحَ
فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ
فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ
فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ
الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ
الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ
حَضَرَتِ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ"
Barang siapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandinya untuk jinabah,
kemudian berangkat pada saat yang pertama, maka seakan-akan ia
mengurbankan seekor unta. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang
kedua, maka seakan-akan ia mengurbankan seekor sapi betina. Dan barang
siapa yang berangkat pada saat yang ketiga, maka seakan-akan
mengurbankan seekor kambing gibasy yang bertanduk. Dan barang siapa yang
berangkat pada saat yang keempat, maka seakan-akan mengurbankan seekor
ayam. Dan barang siapa yang berangkat pada saat yang kelima, maka
seakan-akan mengurbankan sebuah telur. Dan apabila imam muncul, maka
para malaikat hadir mendengarkan zikir.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Disunatkan pula baginya memakai pakaian yang terbaiknya, mengenakan
parfum, bersiwak, membersihkan dirinya, dan bersuci. Di dalam hadis Abu
Sa'id yang lalu telah disebutkan:
"غسلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ، والسواكُ، وَأَنْ يَمَس مَنْ طِيبِ أَهْلِهِ".
Mandi pada hari Jumat wajib atas setiap orang yang balig, juga bersiwak dan mengenakan wewangian keluarganya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ، حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ
مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
التَّيْمِيُّ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَبِي يَحْيَى، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ: سمعت رسول
الله صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: "مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
ومَس مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ -إِنْ كَانَ عِنْدَهُ-وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ
ثِيَابِهِ، ثُمَّ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمَسْجِدَ فَيَرْكَعَ -إِنْ
بَدَا لَهُ-وَلَمْ يُؤذ أَحَدًا، ثُمَّ أَنْصَتَ إِذَا خَرَجَ إِمَامُهُ
حَتَّى يُصَلِّيَ، كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا بَيْنَهَا وَبَيْنَ
الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah
menceritakan kepada kami ayahku, dari Muhammad ibnu Ishaq, telah
menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, dari Imran ibnu
Abu Yahya, dari Abdullah ibnu Ka'b ibnu Malik, dari Ayyub Al-Ansari,
bahwa ia telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:Barang siapa yang
mandi pada hari Jumat dan memakai wewangian keluarganya jika
mempunyainya, dan mengenakan pakaian yang terbaiknya, kemudian ia keluar
hingga sampai di masjid, lalu melakukan salat (sunat) jika ia
menginginkannya, dan tidak mengganggu seorang pun, kemudian diam dengan
penuh perhatian di saat imamnya muncul hingga salat ditunaikan. Maka hal
itu menjadi kifarat baginya terhadap dosa-dosa yang ada antara hari itu
sampai dengan Jumat berikutnya.
Di dalam kitab Sunan Abu Daud dan Ibnu Majah disebutkan melalui Abdullah
ibnu Salam r.a. bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di
atas mimbarnya:
"مَا عَلَى أَحَدِكُمْ لَوِ اشْتَرَى ثَوْبَيْنِ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَته"
Tiada beban bagi seseorang dari kamu seandainya dia telah membeli
sepasang pakaian untuk hari Jumatnya selain dari sepasang pakaian untuk
kerjanya.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada
orang-orang pada hari Jumat, lalu beliau melihat mereka mengenakan
pakaian nimar (sehari-hari), kemudian beliau Saw. bersabda:
"مَا عَلَى أَحَدِكُمْ إِنْ وَجَدَ سَعَة أَنْ يَتَّخِذَ ثَوْبَيْنِ لَجُمُعَتِهِ، سِوَى ثَوْبَيْ مِهْنَتِهِ".
Tidak dibebankan bagi seseorang dari kamu jika dia mempunyai kaluasan
untuk mengambil sepasang pakaian untuk salat Jumatnya selain sepasang
pakaian untuk kerjanya. (Riwayat Ibnu Majah)
Firman Allah Swt.:
{إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ}
apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat. (Al-Jumu'ah: 9)
Yang dimaksud dengan seruan ini adalah seruan kedua yang biasa dilakukan
di hadapan Rasulullah Saw. apabila beliau keluar (dari rumahnya) dan
duduk di atas mimbarnya, maka pada saat itulah azan diserukan di
hadapannya.
Adapun mengenai seruan pertama yang ditambahkan oleh Amirul Mu’minin
Usman ibnu Affan r.a., sesungguhnya hal itu dilakukan mengingat
banyaknya orang-orang, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas,
telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Zi'b, dari Az-Zuhri dari
As-Sa'ib ibnu Yazid yang mengatakan bahwa dahulu seruan azan pada hari
Jumat mula-mula dilakukan apabila imam telah duduk di atas mimbar di
masa Rasulullah Saw., Abu Bakar r.a., dan Umar r.a. Dan ketika masa
pemerintahan Usman ibnu Affan r.a. telah berlangsung beberapa masa dan
orang-orang bertambah banyak, maka ditambahkanlah seruan yang kedua di
atas Az-Zaura. Yakni diserukan azan di atas semua rumah yang dikenal
dengan sebutan Az-Zaura, yang merupakan rumah yang tertinggi di Madinah
pada masa itu berada di dekat masjid.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Abu Na' im, telah menceritakan kepada kami
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Rasyid Al-Mak-hul,
dari Mak-hul, bahwa pada mulanya seruan di hari Jumat dilakukan hanya
sekali yaitu di saat imam muncul sampai dengan salat diiqamahkan. Seruan
itu bila telah diserukan, maka diharamkan melakukan jual beli. Kemudian
di masa pemerintahan Khalifah Usman, ia memerintahkan agar dilakukan
pula seruan (azan) lainnya, yaitu sebelum imam muncul hingga semua orang
telah terkumpulkan. Dan sesungguhnya yang diperintahkan untuk
menghadiri salat Jumat itu hanyalah kaum lelaki yang merdeka, bukan
budak dan bukan pula wanita dan anak-anak. Dan dimaafkan untuk tidak
melakukan salat Jumat bagi orang musafir, orang yang sedang sakit, dan
orang yang merawat orang sakit, dan lain sebagainya yang termasuk ke
dalam uzur yang diterima, yang pembahasannya secara rinci terdapat di
dalam kitab-kitab fiqih.
Firman Allah Swt.:
{وَذَرُوا الْبَيْعَ}
dan tinggalkanlah jual beli. (Al-Jumu'ah: 9)
Yakni bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah olehmu jual
beli, bila salat telah diserukan. Karena itulah maka para ulama sepakat
bahwa haram melakukan jual beli sesudah azan kedua. Tetapi mereka
berselisih pendapat mengenai masalah jual beli secara muatah (bayar dan
terima tanpa ijab kabul). Ada dua pendapat mengenainya, tetapi menurut
makna lahiriah ayat, hal itu tidak sah juga, sebagaimana yang dijelaskan
secara lengkap di tempatnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ}
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumu'ah: 9)
Yaitu kamu tinggalkan jual beli dan kamu bergegas untuk mengingat Allah
dan salat adalah lebih baik bagimu, yakni bagi kehidupan dunia dan
akhiratmu, jika kamu mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ}
Apabila salat telah ditunaikan. (Al-Jumu'ah: 10)
Maksudnya, apabila salat telah diselesaikan.
{فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ}
maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah (Al-Jumu'ah: 10)
Setelah mereka dilarang melakukan transaksi sesudah seruan yang
memerintahkan mereka untuk berkumpul, kemudian diizinkanlah bagi mereka
sesudah itu untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia
Allah, seperti apa yang dilakukan oleh Irak ibnu Malik r.a. apabila dia
telah selesai dari salat Jumatnya, maka ia berdiri di pintu masjid, lalu
berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أجبتُ دعوتَك، وصليتُ فريضتك، وانتشرت كما أمرتني،فَارْزُقْنِي مِنْ فَضْلِكَ، وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Ya Allah, sesungguhnya aku menyukai seruanmu, dan aku telah kerjakan
salat yang Engkau fardukan serta aku akan menebar sebagaimana yang telah
Engkau perintahkan, maka berilah daku rezeki dari karunia-Mu, dan
Engkau adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.
Riwayat Imam Ibnu Abu Hatim.
Telah diriwayatkan pula dari sebagian ulama Salaf bahwa ia pernah
mengatakan, "Barang siapa yang melakukan jual beli pada hari Jumat
sesudah menunaikan salat Jumat, maka Allah Swt. akan memberkahi jual
belinya sebanyak tujuh puluh kali, karena ada firman Allah Swt. yang
mengatakan:
{فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ}
'Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah' (Al-Jumu'ah: 10)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (Al-Jumu'ah: 10)
Yakni di saat kamu melakukan transaksi jual beli dan saat menerima dan
memberi, banyak-banyaklah kamu mengingat Allah, dan janganlah kamu
disibukkan oleh urusan duniamu hingga kamu melupakan hal yang bermanfaat
bagimu di negeri akhirat nanti. Karena itulah maka disebutkan dalam
sebuah hadis:
"مَنْ دَخَلَ سُوقًا مِنَ الْأَسْوَاقِ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ،
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ كُتبت لَهُ ألفُ أَلْفِ حَسنة، ومُحي
عَنْهُ ألفُ أَلْفِ سَيئة"
Barang siapa yang memasuki sebuah pasar, lalu mengucapkan, "Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya,
milik-Nyalah semua Kerajaan dan segala puji, dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu, " maka Allah akan mencatat baginya satu juta kebaikan
dan menghapuskan darinya sejuta keburukan(dosa).
Mujahid mengatakan bahwa bukanlah seorang hamba termasuk orang-orang
yang banyak mengingat Allah sebelum dia selalu ingat kepada Allah, baik
dalam keadaan berdiri, duduk, ataupun berbaring.
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أتاني جبريل وفي يده كالمرآة البيضاء فيها كالنكتة السوداء فقلت يا جبريل
ما هذه قال الجمعة قال قلت وما الجمعة قال لكم فيها خير قال قلت وما لنا
فيها قال يكون عيدا لك ولقومك من بعدك ويكون اليهود والنصارى تبعا لك قال
قلت وما لنا فيها قال لكم فيها ساعة لا يوافقها عبد مسلم يسأل الله فيها
شيئا من الدنيا والآخرة هو له قسم إلا أعطاه إياه أو ليس بقسم إلا ادخر له
عنده ما هو أفضل منه أو يتعوذ به من شر هو عليه مكتوب إلا صرف عنه من
البلاء ما هو أعظم منه قال قلت له وما هذه النكتة فيها قال هي الساعة هي
تقوم يوم الجمعة وهو عندنا سيد الأيام ونحن ندعوه يوم القيامة ويوم المزيد
قال قلت مم ذاك قال لأن ربك تبارك وتعالى اتخذ في الجنة واديا من مسك أبيض
فإذا كان يوم الجمعة هبط من عليين على كرسيه تبارك وتعالى ثم حف الكرسي
بمنابر من ذهب مكللة بالجواهر ثم يجيء النبيون حتى يجلسوا عليها وينزل أهل
الغرف حتى يجلسوا على ذلك الكثيب ثم يتجلى لهم ربك تبارك وتعالى ثم يقول
سلوني أعطكم قال فيسألونه الرضى فيقول رضائي أحلكم داري وأنيلكم كراسي
فسلوني أعطكم قال فيسألونه قال فيشهدهم أنه قد رضي عنهم قال فيفتح لهم ما
لم تر عين ولم تسمع أذن ولا يخطر على قلب بشر قال وذلكم مقدار انصرافكم من
يوم الجمعة …. قال فليسوا إلى شيء أحوج منهم إلى يوم الجمعة ليزدادوا إلي
ربهم نظرا وليزدادوا منه كرامة
Jibril pernah mendatangiku, dan di tangannya ada sesuatu seperti kaca
putih. Di dalam kaca itu, ada titik hitam. Aku pun bertanya, “Wahai
Jibril, ini apa?” Beliau menjawab, “Ini hari Jumat.” Saya bertanya lagi,
“Apa maksudnya hari Jumat?” Jibril mengatakan, “Kalian mendapatkan
kebaikan di dalamnya.” Saya bertanya, “Apa yang kami peroleh di hari
Jumat?” Beliau menjawab, “Hari jumat menjadi hari raya bagimu dan bagi
kaummu setelahmu. Sementara, orang Yahudi dan Nasrani mengikutimu (hari
raya Sabtu–Ahad).” Aku bertanya, “Apa lagi yang kami peroleh di hari
Jumat?” Beliau menjawab, “Di dalamnya, ada satu kesempatan waktu; jika
ada seorang hamba muslim berdoa bertepatan dengan waktu tersebut, untuk
urusan dunia serta akhiratnya, dan itu menjadi jatahnya di dunia, maka
pasti Allah kabulkan doanya. Jika itu bukan jatahnya maka Allah simpan
untuknya dengan wujud yang lebih baik dari perkara yang dia minta, atau
dia dilindungi dan dihindarkan dari keburukan yang ditakdirkan untuk
menimpanya, yang nilainya lebih besar dibandingkan doanya.” Aku bertanya
lagi, “Apa titik hitam ini?” Jibril menjawab, “Ini adalah kiamat, yang
akan terjadi di hari Jumat. Hari ini merupakan pemimpin hari yang lain
menurut kami. Kami menyebutnya sebagai “yaumul mazid”, hari tambahan
pada hari kiamat.” Aku bertanya, “Apa sebabnya?” Jibril menjawab,
“Karena Rabbmu, Allah, menjadikan satu lembah dari minyak wangi putih.
Apabila hari Jumat datang, Dia Dzat yang Mahasuci turun dari illiyindi
atas kursi-Nya. Kemudian, kursi itu dikelilingi emas yang dihiasi dengan
berbagai perhiasan. Kemudian, datanglah para nabi, dan mereka duduk di
atas mimbar tersebut. Kemudian, datanglah para penghuni surga dari kamar
mereka, lalu duduk di atas bukit pasir. Kemudian, Rabbmu, Allah, Dzat
yang Mahasuci lagi Mahatinggi, menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan
berfirman, “Mintalah, pasti Aku beri kalian!” Maka mereka meminta
ridha-Nya. Allah pun berfirman, “Ridha-Ku adalah Aku halalkan untuk
kalian rumah-Ku, dan Aku jadikan kalian berkumpul di kursi-kursi-Ku.
Karena itu, mintalah, pasti Aku beri!” Mereka pun meminta kepada-Nya.
Kemudian Allah bersaksi kepada mereka bahwa Allah telah meridhai mereka.
Akhirnya, dibukakanlah sesuatu untuk mereka, yang belum pernah dilihat
mata, belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam
hati seseorang. Dan itu terjadi selama kegiatan kalian di hari jumat ….
sehingga tidak ada yang lebih mereka nantikan, melebihi hari Jumat, agar
mereka bisa semakin sering melihat Rabb mereka dan mendapatkan tambahan
kenikmatan dari-Nya.” (HR. Ibnu Abi Syaibah, Thabrani dalam Al-Ausath,
Abu Ya’la dalam Al-Musnad, dan statusnya hasan)
Anjuran memperbanyak salawat di hari Jumat
1. Dari Aus bin Aus radhiallahu ‘anhu; Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة
فاكثروا على من الصلاة فيه فان صلاتكم معروضة على فقالوا يا رسول الله وكيف
تعرض عليك صلاتنا وقد أرمت يعنى وقد بليت قال إن الله عز و جل حرم على
الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء صلوات الله عليهم
“Di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Di hari itu,
Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan
sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua
dilakukan. Oleh sebab itu, perbanyaklah membaca salawat untukku di hari
Jumat karena salawat kalian ditunjukkan kepadaku.” Para sahabat
bertanya, “Bagaimana salawat itu ditunjukkan kepada Anda padahal Anda
telah menjadi tanah (mati)?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya, Allah
mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi –shallallahu ‘alahim
ajma’in–.” (H.r. Ahmad; sanadnya dinilai sahiholeh Syu’aib Al-Arnauth)
2. Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu; Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاةِ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ , فَإِنَّ
صَلاةَ أُمَّتِي تُعْرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ , فَمَنْ
كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَيَّ صَلاةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً
“Perbanyaklah membaca salawat untukku setiap hari Jumat, karena salawat
umatku ditunjukkan kepadaku setiap hari Jumat. Siapa saja yang paling
banyak salawatnya untukku maka dia adalah orang yang paling dekat
kedudukannya denganku.”
Keterangan:
Status hadis ini diperselisihkan oleh para ulama ahli hadis. Ada yang
menilainya kuat dan ada yang menilainya dhaif. Di antara ulama yang
menilainya dhaif adalah Imam Adz-Dzahabi dan Syekh Nashiruddin
Al-Albani. Adapun ulama yang menerima hadis ini di antaranya adalah
As-Suyuti. Hadis ini juga disebutkan oleh Al-Mundziri dalam At-Targhib;
beliau mengatakan, “Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad hasan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar