Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ
إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
كَذَلِكَ النُّشُورُ (9) مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ
الْعِزَّةُ جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ
الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ (10) وَاللَّهُ
خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا
وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ
مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ
عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (11)
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan
awan. Maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami
hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan
itu. Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik
dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan
hancur. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasang-pasangan (laki-laki dan
perempuan).Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak
(pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali
tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh
Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS
Fathir Ayat 9-11)
Sering sekali Allah Swt. menggambarkan tentang hari berbangkit dengan
bumi tandus yang dihidupkan-Nya kembali menjadi subur, sebagaimana yang
disebutkan dalam surat Al-Hajj pada bagian permulaannya, agar
hamba-hamba-Nya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk
menyimpulkan adanya hari berbangkit. Sesungguhnya bumi yang mati lagi
tandus tiada tetumbuhan padanya; apabila digiring kepadanya awan yang
menandung air hujan, lalu diturunkanlah hujan di atasnya.
{اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ}
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.(Al-Hajj: 5)
Demikian pula halnya tubuh-tubuh yang telah mati, apabila Allah hendak
membangkitkannya di hari berbangkit nanti, maka Allah menurunkan dari
bawah 'Arasy-Nya hujan yang merata ke seluruh bumi, dan bangkitlah semua
tubuh yang telah mati itu dari kuburnya masing-masing, sebagaimana
benih yang tumbuh dari bumi. Karena itulah disebutkan di dalam hadis
sahih:
"كُلُّ ابْنِ آدَمَ يَبْلَى إِلَّا عَجْب الذَّنَب، مِنْهُ خُلِقَ وَمِنْهُ يُرَكَّبُ"
Semua tubuh anak Adam hancur kecuali tulang ekornya, dan dari tulang itu
dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia dibangkitkan.
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{كَذَلِكَ النُّشُورُ}
Demikianlah kebangkitan itu. (Fathir: 9)
Dalam tafsir surat Al-Hajj telah disebutkan sebuah hadis melalui riwayat
Abu Razin yang menyebutkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah Saw.,
"Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan kembali orang-orang
yang telah mati? Dan bukti apakah pada makhluk-Nya yang menunjukkan ke
arah itu ?" Rasulullah Saw. menjawab:
"يَا أَبَا رَزِينٍ، أَمَا مَرَرْتَ بِوَادِي قَوْمِكَ محْلا ثُمَّ
مَرَرْتَ بِهِ يَهْتَزُّ خَضِرًا؟ " قُلْتُ: بَلَى. قَالَ: "فَكَذَلِكَ
يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى".
"Hai Abu Razin, tidakkah engkau pernah melewati lembah kaummu yang
sedang dalam keadaan tandus (kekeringan)- lalu kamu melewatinya (di lain
waktu) dalam keadaan subur lagi hijau.” Abu Razin berkata, "Benar.”
Nabi Saw. bersabda, "Maka seperti itulah Allah menghidupkan kembali
orang-orang mati.”
Adapun firman Allah Swt.:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا}
Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10)
Yakni barang siapa yang menginginkan hidup mulia di dunia dan akhirat,
hendaklah ia tetap taat kepada Allah Swt. Maka sesungguhnya dengan
ketaatan itu ia akan berhasil meraih apa yang didambakannya, karena
sesungguhnya Allah adalah Raja dunia dan akhirat, dan milik-Nyalah semua
kemuliaan. Allah Swt. telah berfirman:
{الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ
لِلَّهِ جَمِيعًا}
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya kekuatan semuanya
kepunyaan Allah. (An-Nisa: 139)
{وَلا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا}
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. (Yunus: 65)
Allah Swt. telah berfirman pula:
{وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ}
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi
orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.
(Al-Munafiqun: 8)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Barang siapa yang
menghendaki kemuliaan. (Fathir: 10) dengan cara menyembah
berhala-berhala. maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir:
10)
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Barang siapa
yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya.(Fathir: 10) Yakni hendaklah seseorang mencari kemuliaan dengan
jalan taat kepada Allah Swt.
Menurut pendapat yang lain, barang siapa yang menghendaki pengetahuan
tentang kemuliaan, yakni punya siapakah kemuliaan itu. maka bagi
Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10) Demikianlah menurut apa
yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah Swt.:
{إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ}
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik (Fathir: 10)
Yaitu zikir, bacaan Al-Qur'an, dan doa, menurut sejumlah ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Aun, dari
Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Mas'udi, dari Abdullah ibnul Al-Mukhariq,
dari ayahnya Al-Mukhariq ibnu Salim yang mengatakan bahwa sahabat
Abdullah ibnu Mas'nd pernah berkata kepadanya, "Apabila aku ceritakan
kepada kamu sebuah hadis, maka kudatangkan kepada kalian hal yang
membenarkannya dari Kitabullah. Sesungguhnya seorang hamba muslim bila
mengucapkan, 'Mahasuci Allah, dan dengan memuji kepada-Nya, dan segala
puji bagi-Nya, dan tiada Tuhan selain Dia, dan Allah Mahabesar Mahasuci
Allah.' Maka ada malaikat yang mengambilnya, lalu meletakkannya di bawah
sayapnya, kemudian ia naik ke langit dan membawanya. Maka tidak
sekali-kali ia bersua dengan sekumpulan malaikat, melainkan mereka
memohonkan ampunan bagi yang mengucapkannya, hingga sampailah ia di
hadapan Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia." Kemudian Abdullah ibnu
Mas'ud membacakan firman Allah Swt.: Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.
(Fathir: 10) ,
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan
kepada kami Sa'id ibnul Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq yang
mengatakan bahwa Ka'bul Ahbar pernah mengatakan, "Sesungguhnya bagi
kalimah, 'Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya, dan tidak ada Tuhan
selain Dia' benar-benar ada gemanya di sekitar 'Arasy sebagaimana bunyi
lebah (suara para malaikat) yang menyebutkan pelakunya, dan (dianggap
sebagai) amal saleh yang disimpan di dalam perbendaharaan-perbendaharaan
(untuk pelakunya kelak)."
Sanad asar ini berpredikat sahih sampai kepada Ka'bul Ahbar rahimahullah.
Hal yang semisal telah diriwayatkan secara marfu' oleh Imam Ahmad.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْر، حَدَّثَنَا مُوسَى
-يَعْنِي: ابْنَ مُسْلِمٍ الطَّحَّانَ -عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،
عَنْ أَبِيهِ -أَوْ: عَنْ أَخِيهِ -عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ مِنْ جَلَالِ اللَّهِ، مِنْ تَسْبِيحِهِ وَتَكْبِيرِهِ
وَتَحْمِيدِهِ وَتَهْلِيلِهِ، يَتَعَاطَفْنَ حَوْلَ الْعَرْشِ، لَهُنَّ
دَوِيٌّ كَدَوِيِّ النَّحْلِ، يُذَكِّرُونَ بِصَاحِبِهِنَّ أَلَا يُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَلَّا يَزَالَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ شَيْءٌ يُذْكَرُ بِهِ؟ ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Muslim At-Tahhan, dari Aun ibnu
Abdullah, dari ayahnya atau dari saudaranya, dari An-Nu'man ibnu Basyir
r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Orang-orang
yang berzikir menyebut nama Allah Yang Mahaagung, bertasbih, bertakbir,
bertahmid, dan bertahlil. Maka terdengarlah di sekitar Arasy gema suara
menyambutnya sebagaimana suara lebah menuturkan orang yang
mengucapkannya (dan memohon belas kasihan dan ampunan bagi pelakunya).
Tidakkah seseorang di antara kalian suka bila ada sesuatu dari amalnya
yang terus-menerus disebutkan di sisi Allah?
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Bisyr Bakar ibnu
Khalaf, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Musa ibnu Muslim
At-Tahhan, dari Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari ayahnya
atau dari saudaranya, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a. dengan sanad yang
sama.
Firman Allah Swt.:
{وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ}
dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Fathir: 10)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang
dimaksud dengan perkataan-perkataan yang baik ialah zikrullah, ia dibawa
naik ke hadapan Allah Swt. Dan amal saleh ialah menunaikan ibadah
fardu; maka barang siapa yang berzikir menyebut nama Allah dan
menunaikan amal-amal fardunya. maka amal salehnya membawa naik zikrullah
ke hadapan Allah Swt. Dan barang siapa yang berzikir menyebut nama
Allah tanpa menunaikan amal-amal fardunya, maka perkataan-perkataaniiya
dikembalikan kepada amalnya, dan amalnyalah yang berhak menerimanya
(sedangkan pelakunya tidak mendapat apa-apa).
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, yaitu bahwa amal yang saleh mengangkat kalimah-kalimah yang baik.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Ikrimah, Ibrahim
An-Nakha'i, Ad-Dahhak, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Syahr ibnu Hausyab,
dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Iyas ibnu Mu'awiyyah Al-Qadi mengatakan bahwa seandainya tidak ada amal saleh, maka tiada zikrullah yang dinaikkan.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa perkataan tidak diterima kecuali bila dibarengi dengan amal saleh.
Firman Allah Swt.:
{وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ}
Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan.(Fathir: 10)
Mujahid dan Sa'id ibnu Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta Syahr ibnu
Hausyab mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang pamer dengan
amal perbuatannya. Yakni menipu orang lain dengan memperlihatkan kepada
mereka seakan-akan dia adalah orang yang taat kepada Allah, padahal
hakikatnya dia adalah orang yang dimurkai oleh Allah karena pamer dengan
amal perbuatannya.
{وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا}
Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik.
Tetapi yang benar adalah yang mengatakan bahwa makna ayat umum,
sedangkan kaum musyrik termasuk ke dalamnya dengan skala prioritas.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
{لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ}
bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (Fathir: 10)
Yakni rusak, batil, dan tampak kepalsuannya dari dekat bagi orang-orang
yang mempunyai pandangan hati dan akal yang tajam. Karena sesungguhnya
tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan
menampakkannya melalui roman mukanya dan keterlanjuran lisannya. Dan
tidak sekali-kali seseorang merahasiakan sesuatu, melainkan Allah akan
memakaikan pakaian lahiriah yang sesuai dengan apa yang disembunyikannya
itu. Jika yang disembunyikannya itu berupa kebaikan, maka yang
disandangnya adalah kebaikan; dan jika yang disembunyikannya itu
keburukan, maka yang disandangnya itu adalah keburukan. Orang yang
bersikap riya (pamer) perkaranya tidak dapat berlanjut kecuali hanya di
mata orang yang bodoh. Adapun bagi orang-orang mukmin yang mempunyai
firasat yang tajam, maka hal tersebut tidak dapat menipu diri mereka,
bahkan kepamerannya langsung diketahui oleh mereka dari dekat. Terlebih
lagi bagi Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang gaib, tiada sesuatu pun
yang tersembunyi bagi-Nya.
Firman Allah Swt.:
{وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ}
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani. (Fathir: 11)
Dia memulai menciptakan kakek moyang kalian (Adam) dari tanah, kemudian
Dia menjadikan keturunannya dari air yang hina, yaitu air mani.
{ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا}
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan.(Fathir: 11)
Yakni jenis laki-laki dan jenis perempuan, sebagai belas kasihan dan
rahmat dari-Nya buat kalian. Karena itu, Allah menjadikan bagi kalian
pasangan dari jenis kalian sendiri agar kalian tenang bersamanya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ}
Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. (Fathir: 11)
Yakni Dia mengetahui hal itu, tiada sesuatu pun dari hal itu yang
tersembunyi bagi-Nya, dan bahkan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
lain melalui firman-Nya:
{مَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا وَلا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ
الأرْضِ وَلا رَطْبٍ وَلا يَابِسٍ إِلا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ}
dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya
(pula). Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59)
Juga di dalam firman Allah Swt. yang tafsirnya telah disebutkan, yaitu:
{اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ
[وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ. عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ] الْمُتَعَالِ}
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada
sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetehui semua yang gaib dan yang tampak;
Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 8-9)
Allah Swt. menyebutkan tentang ilmu-Nya Yang Mahasempurna, bahwa tiada
sesuatu pun yang samar bagi-Nya, dan pengetahuan-Nya meliputi apa yang
berada di dalam kandungan semua wanita. Perihalnya sama dengan
pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
{وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ}
dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim.(Luqman: 34)
Yakni apa yang dikandung di dalam rahim, jenis laki-laki atau perempuan,
rupawan atau jelek, celaka atau bahagia, berumur panjang atau pendek,
semuanya diketahui oleh-Nya. Perihalnya sama dengan yang disebutkan oleh
firman-Nya:
{هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ
أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى}
Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)kalian ketika Dia menjadikan
kalian dari tanah dan ketika kalian masih janin. (An-Najm: 32), hingga
akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
{يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ}
Dia menjadikan kalian dalam perut ibu kalian kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. (Az-Zumar: 6)
Artinya, Dia menciptakan kalian tahap demi tahap, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang
belulang, itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah, Pencipta yang
paling baik. (Al-Mu’minun: 12-14)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ
يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مضغة مثل
ذلك، ثم يبعث إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: يَكْتب
رِزْقَهُ، وَعُمُرَهُ، وَعَمَلَهُ، وَشِقِّيٌ أَوْ سَعِيدٌ"
Sesungguhnya kejadian seseorang di antara kalian dihimpunkan di dalam
perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah. Kemudian
menjadi 'alaqah (segumpal darah) dalam jarak waktu yang sama, lalu
menjadi segumpal daging dalam jarak waktu yang sama. Kemudian Allah
mengirimkan malaikat kepadanya yang diperintahkan untuk mencatat empat
ketentuan, yaitu rezekinya, usianya, amal perbuatannya, dan nasibnya,
apakah celaka atau bahagia.
Di dalam hadis lainnya disebutkan:
"فَيَقُولُ الْمَلَكُ: أيْ رَبِّ، أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى؟ أَيْ رَبِّ،
أَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ؟ فَمَا الرِّزْقُ؟ فَمَا الْأَجَلُ؟ فَيَقُولُ
اللَّهُ، وَيَكْتُبُ الْمَلَكُ"
Maka malaikat itu bertanya, " Wahai Tuhanku, apakah dia laki-laki atau
perempuan. Wahai Tuhanku, apakah dia bernasib celaka atau bahagia?
Bagaimanakah rezekinya? Berapa lamakah usianya?” Maka Allah menjawabnya
dan malaikat itu mencatatnya.
Firman Allah Swt.:
{وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ}
dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8)
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ،
حَدَّثَنَا مَعْن، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ،
عَنِ ابْنِ عُمَرَ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا
اللَّهُ: لَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَا
تَغِيضُ الْأَرْحَامُ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِي
الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلَّا اللَّهُ، وَلَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ، وَلَا يَعْلَمُ مَتَى تقوم الساعة إلا الله"
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul
Munzir, telah menceritakan kepada kami Ma'an, telah menceritakan kepada
kami Malik, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah
Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci kegaiban ada lima, tiada yang
mengetahuinya selain Allah, yaitu: Tiada yang mengetahui apa yang akan
terjadi besok kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui apa yang
terkandung di dalam rahim kecuali hanya Allah, tiada yang mengetahui
bila hujan turun kecuali hanya Allah, seseorang tidak akan mengetahui di
negeri mana ia akan mati, dan tiada yang mengetahui bila kiamat terjadi
kecuali hanya Allah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Yaitu
janin yang gugur. dan kandungan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Rahim yang
sempurna terus bertambah masa kandungannya hingga melahirkannya dengan
sempurna; berbeda dengan rahim yang kurang sempurna, kelahirannya
prematur. Demikian itu karena di antara kaum wanita ada yang masa
kandungannya mencapai sepuluh bulan, ada pula yang masa kandungannya
sembilan bulan. Di antara kaum wanita ada yang masa kandungannya lebih
lama daripada biasanya, ada pula yang kurang dari biasanya. Hal itulah
yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat ini, semuanya itu terjadi
berdasarkan pengetahuan dari Allah Swt.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah.
(Ar-Ra'd: 8) Yang dimaksud dengan rahim yang kurang sempurna ialah yang
kelahirannya kurang dari sembilan bulan, sedangkan yang bertambah ialah
yang masa kelahirannya lebih dari itu. Ad-Dhahhak mengatakan bahwa
ibunya melahirkannya setelah mengandung selama dua tahun; ketika ia
dilahirkan, kedua gigi serinya telah tumbuh.
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Jamilah binti Sa'd, dari Siti Aisyah
yang mengatakan bahwa tiada kandungan yang lamanya lebih dari dua tahun
(kecuali) sekadar bergeraknya bayangan alat tenun.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Yakni wanita
yang melihat darah keluar dari rahimnya, dan masa kelahiran yang lebih
dari sembilan bulan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Atiyyah Al-Aufi. Al-Hasan Al-Basri,
Qatadah, dan Ad-Dahhak. Mujahid mengatakan pula bahwa maksudnya yaitu
apabila wanita melihat darah sebelum masa sembilan bulan kandungan.
Mujahid menambahkan atas sembilan bulan hari-hari seperti hari-hari
haid.
Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Ibnu Zaid, serta Mujahid mengatakan pula
sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kandungan rahim yang kurang
sempurna. (Ar-Ra'd: 8) Bahwa makna yang dimaksud ialah bila si wanita
yang bersangkutan mengeluarkan darah hingga bayinya lahir secara
prematur. dan yang bertambah. (Ar-Ra'd: 8) Jika wanita yang bersangkutan
tidak mengeluarkan darah, berarti bayi yang dilahirkannya sempurna dan
sehat.
Mak-hul mengatakan bahwa janin dalam perut ibunya tidak meminta, tidak
bersedih, dan tidak merengek, melainkan rezekinya datang sendiri
kepadanya dalam perut ibunya dari darah haidnya. Karena itulah wanita
yang hamil tidak haid. Apabila bayi telah lahir, maka ia menangis, dan
tangisannya itu merupakan reaksi terhadap dunianya yang baru. Apabila
tali pusarnya telah dipotong, maka Allah memindahkan rezekinya kepada
kedua susu ibunya agar ia tidak bersedih, tidak meminta, dan tidak
merengek. Kemudian jadilah ia seorang anak balita yang dapat mengambil
sesuatu dengan telapak tangannya, lalu memakannya. Tetapi apabila ia
telah berusia balig dan mengatakan, "Matilah atau terbunuhlah (aku),
dari manakah aku mendapat rezeki?" Maka Mak-hul menjawab, "Celakalah
engkau, memang selagi kamu masih dalam kandungan ibumu Allah memberimu
rezeki melalui ibumu. Tetapi bila kamu telah besar dan berakal, kamu
katakan, 'Matilah atau terbunuhlah (aku), dari mana rezekiku?'."
Kemudian Mak-hul membacakan firman-Nya: Allah mengetahui apa yang
dikandung oleh setiap perempuan. (Ar-Ra'd: 8), hingga akhir ayat.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan segala
sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar-Ra'd: 8) Yakni ada batas
ajalnya.
Allah mencatat rezeki makhluk-Nya dan ajal mereka, dan Dia menjadikan
hal tersebut ada batasannya yang telah ditentukan. Di dalam sebuah hadis
sahih disebutkan bahwa salah seorang putri Nabi Saw. mengirimkan
seorang pesuruh kepadanya untuk memberitahukan bahwa anak lelakinya
sedang menjelang ajalnya, dan ia menginginkan Nabi Saw. datang
menghadirinya. Maka Nabi Saw. mengirimkan pesuruh kepada putrinya itu
untuk menyampaikan sabdanya yang mengatakan:
"إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ
بِأَجَلٍ مُسَمًّى، فَمُرُوهَا فَلْتَصْبِرْ وَلِتَحْتَسِبْ"
Sesungguhnya Allah berhak mengambil, dan Dialah Yang memberi, dan segala
sesuatu di sisi-Nya ada balasan yang telah ditentukannya). Maka
perintahkanlah kepadanya agar bersabar dan menghadapinya dengan harapan
akan memperoleh pahala Allah.
Adapun firman Allah Swt.:
{عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ}
Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak. (Ar-Ra'd: 9)
Maksudnya, Allah mengetahui segala sesuatu yang tampak oleh
hamba-hamba-Nya dan yang tidak tampak oleh mereka, tiada sesuatu pun
yang tersembunyi bagi-Nya:
{الْكَبِيرُ}
Yang Mahabesar. (Ar-Ra'd: 9)
Yakni Dia Mahabesar atas segala sesuatu.
{الْمُتَعَالِ}
lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 9)
Yaitu Mahatinggi atas segala sesuatu. Dalam ayat lain disebutkan:
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (Ath-Thalaq: 12) Dia
berkuasa atas segala sesuatu. Maka tunduklah semua diri kepadaNya, dan
takluklah semua hamba kepada-Nya, baik dengan senang hati ataupun
terpaksa.
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلا فِي كِتَابٍ}
Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan
tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab
(Lauh Mahfuz). (Fathir: 11)
Artinya, tidaklah Dia memberi sebagian dari benih itu usia yang panjang
dengan sepengetahuan-Nya, melainkan hal itu tercatat di dalam Lauh
Mahfuz.
{وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ}
dan tidak pula dikurangi umurnya. (Fathir: 11)
Damir yang ada dalam ayat ini kembali kepada jenis, bukan kepada
'ainnya, karena yang diberi usia panjang tercatat di dalam Lauh Mahfuz
dan dengan sepengetahuan Allah Swt. usianya tidak akan dikurangi, dan
sesungguhnya damir tersebut hanya kembali kepada jenisnya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan perkataan orang
Arab, "Aku mempunyai sebuah baju dan separo pakain yang lain."
Telah diriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a.
sehubungan dengan makna firman-Nya:Dan sekali-kali tidak dipanjangkan
umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya,
melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya
yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Yakni tidak ada
seorang pun yang telah Kutetapkan baginya usia dan kehidupan yang
panjang, melainkan dia akan menghabiskan usia yang telah Kutakdirkan
baginya. Dan apabila telah Kutetapkan baginya hal tersebut, maka
sesungguhnya usianya hanya akan habis sesuai dengan kadar yang telah
Kutetapkan baginya tanpa ditambah-tambahi. Tiada seorang pun yang
Kutetapkan baginya usia pendek, melainkan usianya hanya sampai pada
batas yang telah Kutakdirkan baginya. Yang demikian itu disebutkan oleh
firman-Nya: dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah
ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu
bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Semuanya itu telah tercatat di
dalam Lauh Mahfuz Kitab yang ada di sisi-Nya.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah
ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). (Fathir: 11) Yakni tidak ada
seorang bayi pun yang dilahirkan dari rahim tanpa menyempurnakan
usianya.
Abdur Rahman mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa
tidakkah engkau melihat ada manusia yang diberi usia seratus tahun,
sedangkan yang lainnya ada yang mati pada saat dilahirkan; yang terakhir
inilah yang dimaksudkan oleh ayat ini.
Qatadah mengatakan bahwa orang yang usianya dikurangi adalah orang yang meninggal dunia sebelum mencapai usia enam puluh tahun.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sekali-kali
tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh
Mahfuz). (Fathir: 11) Yaitu sejak masih di dalam perut ibunya sudah
ditetapkan hal tersebut. Allah tidak menciptakan makhluk dalam usia yang
sama, bahkan seseorang mempunyai usia tersendiri, dan yang lain
mempunyai usia tersendiri pula yang adakalanya kurang dari yang lain.
Semuanya itu telah dicatatkan bagi pemiliknya di dalam Lauh Mahfuz,
bahwa setiap orang akan mencapai batas usia yang telah ditetapkan
baginya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa bahkan makna yang dimaksud dari
firman-Nya: Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang
berumur panjang. (Fathir: 11) ialah ajal yang telah ditetapkan baginya.
dan tidak pula dikurangi umurnya. (Fathir: 11) Habisnya usia sedikit
demi sedikit, semuanya telah diketahui di sisi Allah, tahun demi tahun,
bulan demi bulan, minggu demi minggu, hari demi hari, dan saat demi
saat, semunya telah tercatat di sisi Allah dalam KitabNya (Lauh
Mahfuz).
Demikianlah menurut apa yang telah dinukil oleh Ibnu Jarir dari Abu
Malik, dan pendapat yang sama dikatakan oleh As-saddi dan Ata
Al-Khurrasani. Ibnu Jarir memilih pendapat yang pertama, yakni pendapat
yang sejalan dengannya.
قَالَ النَّسَائِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي زَيْدِ بْنِ سُلَيْمَانَ،
سَمِعْتُ ابْنَ وَهْبٍ يَقُولُ: حَدَّثَنِي يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ،
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سرَّه أَنْ
يُبْسَط لَهُ فِي رِزْقُهُ، ويُنْسَأ لَهُ فِي أَجَلِهِ فَلْيَصِلْ
رَحِمَه".
Imam Nasai dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Ahmad ibnu Yahya ibnu Abu Zaid ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa
ia pernah mendengar Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadanya
Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang ingin agar rezekinya
diluaskan dan usianya diperpanjang, hendaklah ia menghubungkan tali
persaudaraannya.
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya
melalui hadis Yunus ibnu Zaid Al-Aili dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ أَبُو
مُسَرَّحٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ مَسْلَمَةَبْنِ عَبْدِ
اللَّهِ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي مَشْجَعَة بْنِ رِبْعِيٍّ، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ذَكَرْنَا عِنْدَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "إِنَّ اللَّهَ لَا
يُؤَخِّرُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجْلُهَا، وَإِنَّمَا زِيَادَةُ الْعُمُرِ
بِالذُّرِّيَّةِ الصَّالِحَةِ يُرْزَقُهَا الْعَبْدَ، فَيَدْعُونَ لَهُ
مِنْ بَعْدِهِ، فَيَلْحَقُهُ دُعَاؤُهُمْ فِي قَبْرِهِ، فَذَلِكَ زِيَادَةُ
الْعُمْرِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnul Walid ibnu Abdul
Malik ibnu Ubaidillah Abu Sarh, telah menceritakan kepada kami Usman
ibnu Ata, dari Maslamah ibnu Abdullah, dari pamannya Abu Masja'ah ibnu
Rib'i, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami berada di majelis
Rasulullah Saw., lalu beliau bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. tidak
akan menangguhkan ajal seseorang apabila telah tiba masanya, dan
sesungguhnya penambahan umur itu hanya melalui keturunan yang saleh yang
dianugerahkan kepada seseorang. Maka mereka mendoakan baginya sesudah
ia tiada, sehingga doa mereka sampai kepadanya di dalam kuburnya; yang
demikian itulah pengertian penambahan umur.
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11)
Yakni amat mudah bagi-Nya, lagi segala sesuatu dan semua rincian
makhluk-Nya berada dalam pengetahuan-Nya. Karena sesungguhnya
pengetahuan Allah mencakupi semua makhluk-Nya, tiada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar